Sunday, September 20, 2020

Unknown

MAKALAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TEORI ABRAHAM MASLOW

 

MAKALAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

TEORI ABRAHAM MASLOW

BAB 1

PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang kompleks, kekompleksitasan manusia itu tiada taranya di muka bumi ini. Manusia lebih rumit dari makhluk apapun yang bisa dijumpai dan jauh lebih rumit dari mesin apapun yang bisa dibuat. Manusia juga sulit dipahami karena keunikannya. Dengan keunikannya, manusia adalah makhluk tersendiri dan berbeda dengan makhluk apapun. Juga dengan sesamanya. Tetapi, bagaimanapun sulitnya atau apapun hambatannya, manusia ternyata tidak pernah berhenti berusaha menemukan jawaban yang dicarinya itu. Dan barang kali sudah menjadi ciri atau sifat manusia juga untuk selalu mencari tahu dan tidak pernah puas dengan pengetahuan-pengetahuan yang diperolehnya, termasuk pengetahuan tentang dirinya sendiri dan sesamanya.

Sekian banyak upaya yang telah diarahkan untuk  memahami  manusia. Tetapi tidak semua upaya tersebut membawa hasil, namun upaya pemahaman  tentang manusia tetap memiliki arti penting dan tetap harus dilaksanakan. Bisa dikatakan bahwa kualitas hidup manusia, tergantung kepada peningkatan pemahaman kita tentang manusia. Dan psikologi, baik secara terpisah maupun sama-sama dengan ilmu-ilmu lain, sangat berperan  secara mendalam dalam penganganan masalah kemanusiaan ini.

 B. Tujuan


Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui mengenai teori psikologi pada tokoh Abraham Maslow.

 

C. Metode penulisan

§  mencari sumber referensi

§  Penyusunan materi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Teori Humanistik

Pengertian humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga perlu adanya satu pengertian yang disepakati mengenai kata humanistik dala pendidikan. Dalam artikel “What is Humanistik Education?”, Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah, kelas, atau guru dapat dikatakan bersifat humanistik dalam beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa tipe pendekatan humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai pendekatan-pendekatan ini terangkum dalam psikologi humanistik.

Dalam artikel “some educational implications of the Humanistic Psychologist” Abraham Maslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan behavioristik. Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada “ketidaknormalan” atau “sakit” seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa Freud. Pendekatan ini melihat kejadian setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.

Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif, misalnya ketrampilan membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan kepercayaan, penerimaan, keasadaran, memahami perasaan orang lain, kejujuran interpersonal, dan pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

a.      Latar Belakang Maslow

 

Abraham Harold Maslow (1908 - 1970) adalah salah seorang pelopor aliran Psikologi Humanistik. Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada 1 April 1908 dan wafat pada tanggal 8 Juni 1970 dalam usia 62 tahun karena serangan jantung. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi dan merupakan anak sulung dari tujuh bersaudara. Kedua orang tuanya yang tidak berpendidikan memaksa anak-anaknya untuk belajar keras agar dapat berprestasi di bidang akademik. Masa muda Maslow berjalan dengan tidak menyenangkan karena hubungan yang buruk dengan kedua orang tuanya. Semasa anak-anak dan remaja Maslow merasa dirinya amat menderita dengan perlakuan orangtuanya, terutama ibunya. Keluarga Maslow amat berharap ia dapat meraih sukses melalui dunia pendidikan. Untuk menyenangkan kemauan ayahnya, Maslow sempat belajar di bidang hukum tapi gagal. Ia akhirnya mengambil bidang studi psikologi diUniversity of Wisconsin, dan memperoleh gelar BA pada 1930, MA pada 1931, dan PhD pada 1934. Setahun setelah lulus, ia kembali ke New York untuk bekerja dengan E.L Thorndike di Columbia, dimana Maslow menjadi tertarik dalam penelitian tentang seksualitas manusia. Dia mulai mengajar penuh waktu di Brooklyn College. Selama masa hidupnya, ia datang ke dalam kontak dengan banyak intelektual Eropa yang berimigrasi ke Amerika Serikat, dan Brooklyn khususnya, pada waktu itu orang-orang seperti Adler, Fromm, Horney, serta beberapa Gestalt dan psikolog Freudian. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentangHierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan).

Beberapa pengalaman paling menarik Maslow turut mempengaruhinya dalam arah melakukan studinya dalam bidang psikologi kepribadian.

Thorndike di Columbia, dimana Maslow menjadi tertarik dalam penelitian tentang seksualitas manusia. Dia mulai mengajar penuh waktu di Brooklyn College. Selama masa hidupnya, ia datang ke dalam kontak dengan banyak intelektual Eropa yang berimigrasi ke Amerika Serikat, dan Brooklyn khususnya, pada waktu itu orang-orang seperti Adler, Fromm, Horney, serta beberapa Gestalt dan psikolog Freudian. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentangHierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan).

Sejak tahun 1951 sampai 1959 dia mengajar di Universitas Brandeis di Waltham Massachussets. Kemudian pindah ke California untuk memperdalam filsafat politik, ekonomi, dan etika, yang semuanya itu memperkaya teorinya, psikologi humanistic. Di akhir kehidupanya, dia menjadi salah seorang ahli psikologi yang popular. Dia menerima banyak penghargaan dari berbagai pihak, dan pada tahun 1967 dia terpilih sebagai Presiden Asosiasi Psikologi Amerika.

 

 

 

 

 

 

 

Teori motivasi Maslow: Hirarki Kebutuhan

Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”. Teori hierarkhi kebutuhan sering digambarkan sebagai piramida,  lebih besar tingkat bawah mewakili kebutuhan yang lebih rendah, dan titik atas mewakili kebutuhan aktualisasi diri. Hirarki Kebutuhan Maslow adalah teori motivasi dalam psikologi yang berpendapat bahwa sementara orang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, mereka berusaha untuk memenuhi kebutuhan berturut-turut yang lebih tinggi dalam bentuk hirarki.

Teori yang digambarkan oleh Maslow tersebut memfokuskan pada 5 tingkatan kebutuhan (needs). Kebutuhan tersebut menggambarkan suatu kekuatan di belakang prilaku manusia; dan tingkat kebutuhan seseorang akan berbeda tergantung kepada individu masing-masing yang memerlukan kebutuhan itu.

Menurut Maslow, suatu kebutuhan hanya dapat dipuaskan bila kebutuhan yang pada tingkatan yang lebih rendah telah terpenuhi, yang diatur dalam suatu hirarki yang disebut prepotensi. Misalnya, seseorang tak akan berhasil memenuhi kebutuhan aktualisasi diri (pengembangan diri) bila taraf pertama yang paling fundamental, yakni kebutuhan fisiologis (seperti makanan, minuman, dan sandang) tidak terpenuhi. Kebutuhan tersebut harus dapat dicapai agar kebutuhan-kebutuhan individu lainnya dapat dipuaskan, dan dimulai dari kebutuhan dasar (fisiologis).

Yang paling penting dilakukan  manusia adalah  berusaha untuk memenuhi kebutuhan.Kebutuhan-kebutuhan tersebut bersifat hirarki/bertingkat. Kebutuhan yang lebih rendah harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi yang dapat mempengaruhi perilaku. Adapun teori kebutuhan Maslow adalah sebagai berikut:

  1.  Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan Phisiological (Physiological Needs), merupakan kebutuhan pada tingkat yang paling dasar, seperti air,  makanan, dan udara. Kebutuhan ini harus  terpuaskan bagi setiap orang jika tidak maka orang akan terus berusaha untuk memenuhinya.

2.      Kebutuhan Rasa Aman

Kebutuhan keamanan, yang melibatkan rasa aman di lingkungannya, biasanya dalam keadaan darurat.  Orang  berupaya menghindar atau melarikan diri  dan  akan meninggalkan harta berharga untuk menyelamatkan hidup mereka.  Kebutuhan keamanan juga diwujudkan dalam kegiatan seperti  menyimpan uang,  mengamankan pekerjaan, dan mengambil polis asuransi.

3.      Kebutuhan Pengakuan dan Kasih Sayang

Setelah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpenuhi,  kebutuhan  untuk  rasa memiliki (cinta) menjadi penting. Kebutuhan ini melibatkan  memiliki hubungan dengan orang lain, memiliki kelompok, dan memiliki  teman dekat dan kenalan. Rasa memiliki dicapai melalui pernikahan, komitmen pribadi, kelompok relawan,  klub,   ke gereja, mesjid, dan sejenisnya.

 

 

4.      Kebutuhan Penghargaan

Jika seseorang telah merasa dicintai atau diakui maka orang itu akan mengembangkan kebutuhan perasaan berharga. Kebutuhan ini meliputi dua kategori, yaitu: (a) harga diri meliputi kepercayaan diri, kompetensi, kecukupan, prestasi, dan kebebasan; (b) penghargaan dari oranglain meliputi pengakuan, perhatian, pretise, prespek dan kedudukan status.

5.      Kebutuhan Kognitif

Secara alamiah manusia memiliki hasrat ingin tahu. Hasrat ini mulai berkembang sejak akhir usia bayi dan awal masa ana, yang diekspresikan sebagai rasa ingin tahunya dalam bentuk pengajuan pertanyaan tentang berbagai hal, baik diri maupun lingkungannya. Lalu hasrat ini berkembang oleh lingkungan, baik keluarga maupun sekolah.

6.      Kebutuhan Estetika

Merupakan ciri orang yang sehat mentalnya. Melalui kebutuhan inilah manusia dapat mengembangkan kreativitasnya dalam bidang seni, arsitektur, tata busana, dan tata rias. Disamping itu orang yang sehat mentalnya ditandai dengan kebutuhan keteraturan, keserasian, atau keharmonisan dalam aspek kehidupannya.

7.      Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kebutuhan ini merupakan puncak dari hiraki kebuthan manusia yaitu perkembangan atau perwujudan potensi dan kapasitas secara penuh. Manusia dimotivasi untuk menjadi segala sesuatu yang dia mampu untuk menjadi itu. Walaupun kebutuhan lainnya terpenuhi, namun apabila kebutuhan aktualisasi diri tidak terpenuhi, tidak mengembangkan atau tidak mampu menggunakan kemampuan bawaannya secara penuh, maka seseorang akan mengalami kegelisahan, tidak senang dan frustasi.

 

b.      Kepribadian yang Sehat

Maslow berpendapat bahwa seseorang akan memiliki kepribadian yang sehat, apabila dia telah mampu untuk mengaktualisasikan dirinya secara penuh. Dia mengemukakan teori motivasi bagi ( self-actualizing person ) seseorang yang telah mampu mengaktualisasikan dirinya tidak termoticasi untuk mengejar sesuatu yang khusus, mereduksi ketegangan atau memuaskan suatu kekurangan. Secara menyeluruh tujuannya akan memperkaya, memperluas kehidupannya dan mengurangi ketegangan.

Terkait dengan metaneeds, kegagalan dalam memuaskannya akan berdampak kurang baik bagi individu, sebab dapat menggagalkan pemuasan kebutuhan yang lainnya, dan juga melahirkan metapotologi yang dapat merintangi perkembangannya.

Berikut ini dikemukakan mengenai ciri-ciri dari metaneeds dan metapologis.

Metaneeds

Metapatologis

 

Sikap percaya

Tidak percaya, sinis, dan skeptis

Bijak dan baik

Benci dan memuakkan

Indah

Vulgar dan mati rasa

Kesatuan

Disintegrasi

Enerjik dan optimis

Kehilangan semangat hidup, pasif, dan pesimis

Pasti

Kacau dan tidak dapat diprediksi

Lengkap

Tidak lengkap dan tidak tuntas

Adil dan altruis

Suka marah-marah, tidak adil, dan egois

Berani

Rasa tidak aman dan memerlukan bantuan

Sederhana

Sangat kompleks dan membingungkan

Bertanggung jawab

Tidak bertanggung jawab

 

Mengenai self – actualizing person, atau orang yang sehat mentalnya, Maslow mengemukakan ciri-cirinya sebagai berikut:

1) Mempersepsi kehidupan atau dunianya sebagaimana apa adanya, dan merasa nyaman dalam menjalaninya

2) Menerima dirinya sendiri, orang laindan lingkungannya.

3) Bersikap spontan, sederhana, alami, bersikap jujr, tidak dibuat-buat dan terbuka.

4) Mempunyai komitmen atau dedikasi untuk memecahkan masalah di luar dirinya (yang dialami orang lain).

5) Bersikap mandiri atau independen.

6) Memiliki apresiasi yang segar terhadap lingkungan di sekitarnya

7) Mencapai puncak pengalaman, yaitu suatu keadaan dimana seseorang mengalami kegembiraan yang luar biasa. Pengalaman ini cenderung lebih bersifat mistik atau keagamaan

8) Memiliki minat social, simpati, empati dan altruis

9) Sangat senang menjalin hubungan interpersonal (persahabatan atau persaudaraan) dengan orang lain

10) Bersikap demokratis (toleran, tidak rasialis, dan terbuka)

11) Kreatif (fleksibel, spontan, terbuka dan tidak takut salah).

Pandangan maslow tentang hakikat manusia yaitu manusia bersifat optimistik, bebas berkehendak, sadar dalam memilih, unik, dapat mengatasi pengalaman masa kecil, dan baik. Menurut dia kepribadian itu dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan. Dalam kaitannya dengan peran lingkungan, khususnya di sekolah dalam mengembangkan self-actualization, Maslow mengemukakan beberapa upaya yang sebaiknya membantu siswa menemukan identitasnya (jati dirinya) sendiri. Diantaranya:

1) Membantu siswa untuk mengeksplorasi pekerjaan

2) Membantu siswa untuk memehami keterbatasan (nasib) dirinya

3) Membantu siswa untuk memperoleh pemahaman tentang nilai nilai

4) Membantu siswa agar memahami bahwa hidup ini berharga

5) Mendorng siswa agar mencapai pengalaman puncak dalam kehidupannya

6) Memfasilitasi siswa agar dapat memuaskan kebutuhan dasarnya (rasa aman, rasa berharga, dan rasa diakui).

 

Kritik terhadap Teori Humanistik.

Terdapat beberapa kritik tentang kelemahan pendekatan humanistic mengenai kepribadian yaitu sebagai berikut:

a)      Poor testability, teori sulit diuji secara ilmiah, seperti konsep perkembangan manusia dan self-actualization.

b)      Unrealistic view of human nature. Humanistic terlalu optimis dalam mengamsumsikan tentang hakikat manusia.

c)      Inadequate evidence, bukti-bukti yang tidak tepat.

 

 

Aplikasi Theori Maslow  dalam Bidang Pendidikan

Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting. Dalam proses belajar-mengajar misalnya, guru mestinya memperhatikan teori ini. Apabila guru menemukan kesulitan untuk memahami mengapa anak-anak tertentu tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengapa anak tidak dapat tenang di dalam kelas, atau bahkan mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi untuk belajar. Menurut Maslow, guru tidak bisa menyalahkan anak atas kejadian ini secara langsung, sebelum memahami barangkali ada proses tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di bawah kebutuhan untuk tahu dan mengerti. Bisa jadi anak-anak tersebut belum atau tidak melakukan makan pagi yang cukup, semalam tidak tidur dengan nyenyak, atau ada masalah pribadi / keluarga yang membuatnya cemas dan takut, dan lain-lain.

Hierarki  kebutuhan Maslow dapat membantu guru memahami siswa dan menciptakan lingkungan untuk meningkatkan pembelajaran. Adalah  tidak realistis untuk mengharapkan siswa untuk menunjukkan minat dalam kegiatan kelas jika mereka kekurangan kebutuhan fisiologis atau rasa aman. Anak-anak yang datang ke sekolah tanpa sarapan dan yang tidak memiliki uang untuk makan siang tidak bisa fokus dengan baik pada tugas/pembelajaran di kelas.

Guru dapat bekerjasama dengan konselor, kepala sekolah dan pekerja sosial untuk membantu keluarga  mereka  atau mengusulkan anak-anak  untuk  disetujui  masuk program makan gratis atau  pengurangan biaya sekolah.

Beberapa siswa akan mengalami kesulitan mengerjakan tugas dengan gangguan didekatnya (misalnya, gerakan dan kebisingan). Guru dapat bertemu dengan orang tua untuk menilai apakah kondisi rumah mereka mengganggu aktifitas belajar. Gangguan di rumah dapat mengakibatkan keinginan untuk lebih aman dalam belajar tidak terpenuhi. (Schunk,2009)

Guru dapat mendorong orang tua agar menyediakan lingkungan rumah yang menguntungkan untuk belajar, memastikan tidak ada gangguan di kelas dan mengajar siswa keterampilan untuk mengatasi gangguan-gangguan tersebut  (misalnya,  bagaimana untuk berkonsentrasi  dan memperhatikan kegiatan kegiatan akademik) (Schunk,2009)

Beberapa sekolah tinggi memiliki masalah dengan kekerasan dan tekanan  yang berhubungan dengan perilaku geng. Jika siswa takut bahwa mungkin secara fisik merekadirugikan atau sering harus berurusan dengan tekanan untuk bergabung dengan geng,berkonsentrasi pada tugas akademik, mungkin  guru  atau  administrator mempertimbangkan bekerjasama dengan siswa, orang tua, lembaga masyarakat dan aparat penegak hukum untuk mengembangkan strategi yang efektif untuk  menghilangkan masalah keamanan. Isu-isu ini harus diatasi untuk membuat  atmosphire yang kondusif untuk belajar. Guru harus menyediakan kegiatan yang  dapat siswa selesaikan dengan sukses. (Schunk,2009)

 

 

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Psikologi merupakan satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, dan salah satu bidang penting yang terdapat didalamnya adalah bidang yang mempelajari manusia yang dikenal sebagai psikologi kepribadian. Sama halnya dengan bidang psikologi yang lain, psikologi kepribadian memberikan sumbangan yang berharga bagi pemahaman kita tentang manusia melalui kerangka kerja yang ilmiah, yakni dengan menggunakan konsep-konsep yang mengarah langsung dan terbuka bagi pengujian empiris serta menggunakan metode yang valid dan memiliki ketepatan

Peneliti kepribadian berusaha memformulasi konsep-konsep atau rumusan-rumusan teoretis yang bisa menguraikan dan menerangkan relasi dari prinsip-prinsip yang diambil dan disatukannya. Dengan kata lain, semua faktor yang menentukan atau mempengaruhi tingkah laku manusia merupakan objek penelitian dan pemahaman para ahli psikologi kepribadian.

Konsep-konsep atau rumusan-rumusan teoritis yang diuraikan dalam buku ini adalah teori kepribadian psikoanalisa menurut teori kepribadian humanistik menurut Abraham Maslow.

B.     SARAN

Sebagai calon konselor – mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling – sudah seharusnya kita menguasai tentang teori-teori kepribadian dari berbagai orientasi dan pendekatan.

Materi dalam makalah ini diharapkan dapat mengantarkan calon konselor untuk menguasai landasan keilmuan dalam menjalankan praktek konseling atau dalam menjalankan tugas-tugas profesionalnya.

Dengan menguasai teori-teori kepribadian, diharapkan para konselor dapat bekerja dengan cara yang lebih efektif dan efisien , serta menghindarkan konselor untuk bekerja dengan cara-cara yang tidak ilmiah dan tidak disertai dengan dasar keilmuan.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Unknown

About Unknown

Author Description here.. Nulla sagittis convallis. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.

Subscribe to this Blog via Email :