MAKALAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
TEORI
ABRAHAM MASLOW
BAB 1
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Manusia adalah
makhluk yang kompleks, kekompleksitasan manusia itu tiada taranya di muka bumi
ini. Manusia lebih rumit dari makhluk apapun yang bisa dijumpai dan jauh lebih
rumit dari mesin apapun yang bisa dibuat. Manusia juga sulit dipahami karena
keunikannya. Dengan keunikannya, manusia adalah makhluk tersendiri dan berbeda
dengan makhluk apapun. Juga dengan sesamanya. Tetapi, bagaimanapun sulitnya
atau apapun hambatannya, manusia ternyata tidak pernah berhenti berusaha menemukan
jawaban yang dicarinya itu. Dan barang kali sudah menjadi ciri atau sifat
manusia juga untuk selalu mencari tahu dan tidak pernah puas dengan
pengetahuan-pengetahuan yang diperolehnya, termasuk pengetahuan tentang dirinya
sendiri dan sesamanya.
Sekian banyak
upaya yang telah diarahkan untuk memahami manusia. Tetapi tidak
semua upaya tersebut membawa hasil, namun upaya pemahaman tentang manusia
tetap memiliki arti penting dan tetap harus dilaksanakan. Bisa dikatakan bahwa
kualitas hidup manusia, tergantung kepada peningkatan pemahaman kita tentang
manusia. Dan psikologi, baik secara terpisah maupun sama-sama dengan ilmu-ilmu
lain, sangat berperan secara mendalam dalam penganganan masalah
kemanusiaan ini.
B. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui mengenai teori
psikologi pada tokoh Abraham Maslow.
C. Metode penulisan
§ mencari sumber referensi
§ Penyusunan materi
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Teori Humanistik
Pengertian humanistik yang beragam membuat batasan-batasan
aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula.
Sehingga perlu adanya satu pengertian yang disepakati mengenai kata humanistik
dala pendidikan. Dalam artikel “What is Humanistik Education?”, Krischenbaum
menyatakan bahwa sekolah, kelas, atau guru dapat dikatakan bersifat humanistik
dalam beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa tipe pendekatan
humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai pendekatan-pendekatan ini terangkum
dalam psikologi humanistik.
Dalam artikel “some educational implications of the
Humanistic Psychologist” Abraham Maslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud
dan behavioristik. Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia
adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi
perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada “ketidaknormalan” atau
“sakit” seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa Freud. Pendekatan ini
melihat kejadian setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia
membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak
positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang
beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada pembangunan
kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan
emosi positif yang terdapat dalam domain afektif, misalnya ketrampilan
membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan orang lain, bagaimana
mengajarkan kepercayaan, penerimaan, keasadaran, memahami perasaan orang lain, kejujuran
interpersonal, dan pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah
meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.
a.
Latar Belakang Maslow
Abraham
Harold Maslow (1908 - 1970) adalah salah seorang
pelopor aliran Psikologi Humanistik. Abraham Maslow dilahirkan
di Brooklyn, New York, pada 1 April 1908 dan wafat pada tanggal 8
Juni 1970 dalam usia 62 tahun karena serangan jantung. Maslow dibesarkan dalam
keluarga Yahudi dan merupakan anak sulung dari tujuh bersaudara.
Kedua orang tuanya yang tidak berpendidikan memaksa anak-anaknya untuk belajar
keras agar dapat berprestasi di bidang akademik. Masa muda Maslow berjalan
dengan tidak menyenangkan karena hubungan yang buruk dengan kedua orang tuanya.
Semasa anak-anak dan remaja Maslow
merasa dirinya amat menderita dengan perlakuan orangtuanya, terutama ibunya.
Keluarga Maslow amat berharap ia dapat meraih sukses melalui
dunia pendidikan. Untuk menyenangkan kemauan ayahnya, Maslow sempat
belajar di bidang hukum tapi gagal. Ia akhirnya mengambil bidang studi psikologi diUniversity
of Wisconsin, dan memperoleh gelar BA pada 1930, MA pada 1931,
dan PhD pada 1934. Setahun setelah lulus, ia kembali ke New York
untuk bekerja dengan E.L Thorndike di Columbia, dimana Maslow menjadi tertarik
dalam penelitian tentang seksualitas manusia. Dia mulai mengajar penuh waktu di
Brooklyn College. Selama masa hidupnya, ia datang ke dalam kontak dengan banyak
intelektual Eropa yang berimigrasi ke Amerika Serikat, dan Brooklyn khususnya,
pada waktu itu orang-orang seperti Adler, Fromm, Horney, serta beberapa Gestalt
dan psikolog Freudian. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan
menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai
dengan hari ini adalah teori tentangHierarchy of Needs (Hirarki
Kebutuhan).
Beberapa pengalaman
paling menarik Maslow turut mempengaruhinya dalam arah melakukan studinya dalam
bidang psikologi kepribadian.
Thorndike di
Columbia, dimana Maslow menjadi tertarik dalam penelitian tentang seksualitas
manusia. Dia mulai mengajar penuh waktu di Brooklyn College. Selama masa
hidupnya, ia datang ke dalam kontak dengan banyak intelektual Eropa yang
berimigrasi ke Amerika Serikat, dan Brooklyn khususnya, pada waktu itu
orang-orang seperti Adler, Fromm, Horney, serta beberapa Gestalt dan psikolog
Freudian. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima
dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan
hari ini adalah teori tentangHierarchy of Needs (Hirarki
Kebutuhan).
Sejak tahun 1951
sampai 1959 dia mengajar di Universitas Brandeis di Waltham Massachussets.
Kemudian pindah ke California untuk memperdalam filsafat politik, ekonomi, dan
etika, yang semuanya itu memperkaya teorinya, psikologi humanistic. Di akhir
kehidupanya, dia menjadi salah seorang ahli psikologi yang popular. Dia
menerima banyak penghargaan dari berbagai pihak, dan pada tahun 1967 dia
terpilih sebagai Presiden Asosiasi Psikologi Amerika.
Teori
motivasi Maslow: Hirarki Kebutuhan
Maslow mengembangkan teori tentang
bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai
“hirarki kebutuhan”. Teori hierarkhi kebutuhan sering digambarkan sebagai piramida, lebih besar
tingkat bawah mewakili kebutuhan yang lebih rendah, dan titik atas mewakili
kebutuhan aktualisasi diri. Hirarki Kebutuhan Maslow adalah teori motivasi
dalam psikologi yang berpendapat bahwa sementara orang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar, mereka berusaha untuk memenuhi kebutuhan berturut-turut yang
lebih tinggi dalam bentuk hirarki.
Teori yang digambarkan oleh Maslow
tersebut memfokuskan pada 5 tingkatan kebutuhan (needs). Kebutuhan tersebut
menggambarkan suatu kekuatan di belakang prilaku manusia; dan tingkat kebutuhan
seseorang akan berbeda tergantung kepada individu masing-masing yang memerlukan
kebutuhan itu.
Menurut Maslow, suatu kebutuhan
hanya dapat dipuaskan bila kebutuhan yang pada tingkatan yang lebih rendah
telah terpenuhi, yang diatur dalam suatu hirarki yang disebut prepotensi.
Misalnya, seseorang tak akan berhasil memenuhi kebutuhan aktualisasi diri
(pengembangan diri) bila taraf pertama yang paling fundamental, yakni kebutuhan
fisiologis (seperti makanan, minuman, dan sandang) tidak terpenuhi. Kebutuhan
tersebut harus dapat dicapai agar kebutuhan-kebutuhan individu lainnya dapat
dipuaskan, dan dimulai dari kebutuhan dasar (fisiologis).
Yang paling penting dilakukan manusia
adalah berusaha untuk memenuhi kebutuhan.Kebutuhan-kebutuhan
tersebut bersifat hirarki/bertingkat. Kebutuhan yang lebih rendah harus
dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi yang dapat
mempengaruhi perilaku. Adapun teori kebutuhan Maslow adalah sebagai berikut:
- Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan Phisiological (Physiological Needs), merupakan
kebutuhan pada tingkat yang paling dasar, seperti air, makanan, dan udara.
Kebutuhan ini harus terpuaskan bagi setiap orang jika tidak maka orang
akan terus berusaha untuk memenuhinya.
2.
Kebutuhan
Rasa Aman
Kebutuhan keamanan, yang melibatkan rasa aman
di lingkungannya, biasanya dalam keadaan
darurat. Orang berupaya menghindar atau melarikan
diri dan akan meninggalkan harta berharga untuk
menyelamatkan hidup mereka. Kebutuhan
keamanan juga diwujudkan dalam kegiatan seperti menyimpan
uang, mengamankan pekerjaan, dan mengambil polis asuransi.
3.
Kebutuhan
Pengakuan dan Kasih Sayang
Setelah kebutuhan fisiologis dan rasa
aman terpenuhi, kebutuhan untuk rasa memiliki
(cinta) menjadi penting. Kebutuhan ini melibatkan
memiliki hubungan dengan orang lain, memiliki kelompok, dan
memiliki teman dekat dan kenalan. Rasa
memiliki dicapai melalui pernikahan, komitmen pribadi, kelompok
relawan, klub, ke gereja, mesjid, dan sejenisnya.
4.
Kebutuhan
Penghargaan
Jika seseorang
telah merasa dicintai atau diakui maka orang itu akan mengembangkan kebutuhan
perasaan berharga. Kebutuhan ini meliputi dua kategori, yaitu: (a) harga diri
meliputi kepercayaan diri, kompetensi, kecukupan, prestasi, dan kebebasan; (b)
penghargaan dari oranglain meliputi pengakuan, perhatian, pretise, prespek dan
kedudukan status.
5.
Kebutuhan Kognitif
Secara alamiah
manusia memiliki hasrat ingin tahu. Hasrat ini mulai berkembang sejak akhir
usia bayi dan awal masa ana, yang diekspresikan sebagai rasa ingin tahunya
dalam bentuk pengajuan pertanyaan tentang berbagai hal, baik diri maupun
lingkungannya. Lalu hasrat ini berkembang oleh lingkungan, baik keluarga maupun
sekolah.
6.
Kebutuhan Estetika
Merupakan ciri
orang yang sehat mentalnya. Melalui kebutuhan inilah manusia dapat
mengembangkan kreativitasnya dalam bidang seni, arsitektur, tata busana, dan
tata rias. Disamping itu orang yang sehat mentalnya ditandai dengan kebutuhan
keteraturan, keserasian, atau keharmonisan dalam aspek kehidupannya.
7.
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan ini
merupakan puncak dari hiraki kebuthan manusia yaitu perkembangan atau
perwujudan potensi dan kapasitas secara penuh. Manusia dimotivasi untuk menjadi
segala sesuatu yang dia mampu untuk menjadi itu. Walaupun kebutuhan lainnya
terpenuhi, namun apabila kebutuhan aktualisasi diri tidak terpenuhi, tidak
mengembangkan atau tidak mampu menggunakan kemampuan bawaannya secara penuh,
maka seseorang akan mengalami kegelisahan, tidak senang dan frustasi.
b.
Kepribadian
yang Sehat
Maslow berpendapat bahwa seseorang akan memiliki kepribadian
yang sehat, apabila dia telah mampu untuk mengaktualisasikan dirinya secara
penuh. Dia mengemukakan teori motivasi bagi ( self-actualizing person )
seseorang yang telah mampu mengaktualisasikan dirinya tidak termoticasi untuk
mengejar sesuatu yang khusus, mereduksi ketegangan atau memuaskan suatu
kekurangan. Secara menyeluruh tujuannya akan memperkaya, memperluas
kehidupannya dan mengurangi ketegangan.
Terkait dengan metaneeds, kegagalan dalam memuaskannya akan
berdampak kurang baik bagi individu, sebab dapat menggagalkan pemuasan
kebutuhan yang lainnya, dan juga melahirkan metapotologi yang dapat merintangi
perkembangannya.
Berikut
ini dikemukakan mengenai ciri-ciri dari metaneeds dan metapologis.
Metaneeds |
Metapatologis |
Sikap
percaya |
Tidak
percaya, sinis, dan skeptis |
Bijak
dan baik |
Benci
dan memuakkan |
Indah |
Vulgar
dan mati rasa |
Kesatuan |
Disintegrasi |
Enerjik
dan optimis |
Kehilangan
semangat hidup, pasif, dan pesimis |
Pasti |
Kacau
dan tidak dapat diprediksi |
Lengkap |
Tidak
lengkap dan tidak tuntas |
Adil
dan altruis |
Suka
marah-marah, tidak adil, dan egois |
Berani |
Rasa
tidak aman dan memerlukan bantuan |
Sederhana |
Sangat
kompleks dan membingungkan |
Bertanggung
jawab |
Tidak
bertanggung jawab |
Mengenai
self – actualizing person, atau orang yang sehat mentalnya, Maslow mengemukakan
ciri-cirinya sebagai berikut:
1)
Mempersepsi kehidupan atau dunianya sebagaimana apa adanya, dan merasa nyaman
dalam menjalaninya
2) Menerima dirinya sendiri, orang laindan lingkungannya.
3) Bersikap spontan, sederhana, alami, bersikap jujr, tidak
dibuat-buat dan terbuka.
4) Mempunyai komitmen atau dedikasi untuk memecahkan masalah di
luar dirinya (yang dialami orang lain).
5) Bersikap mandiri atau independen.
6) Memiliki apresiasi yang segar terhadap lingkungan di
sekitarnya
7) Mencapai puncak pengalaman, yaitu suatu keadaan dimana
seseorang mengalami kegembiraan yang luar biasa. Pengalaman ini cenderung lebih
bersifat mistik atau keagamaan
8) Memiliki minat social, simpati, empati dan altruis
9) Sangat senang menjalin hubungan interpersonal (persahabatan
atau persaudaraan) dengan orang lain
10) Bersikap demokratis (toleran, tidak rasialis, dan terbuka)
11) Kreatif
(fleksibel, spontan, terbuka dan tidak takut salah).
Pandangan maslow tentang hakikat
manusia yaitu manusia bersifat optimistik, bebas berkehendak, sadar dalam
memilih, unik, dapat mengatasi pengalaman masa kecil, dan baik. Menurut dia
kepribadian itu dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan. Dalam kaitannya
dengan peran lingkungan, khususnya di sekolah dalam mengembangkan
self-actualization, Maslow mengemukakan beberapa upaya yang sebaiknya membantu
siswa menemukan identitasnya (jati dirinya) sendiri. Diantaranya:
1) Membantu siswa untuk mengeksplorasi pekerjaan
2) Membantu siswa untuk memehami keterbatasan (nasib) dirinya
3) Membantu siswa untuk memperoleh pemahaman tentang nilai
nilai
4) Membantu siswa agar memahami bahwa hidup ini berharga
5) Mendorng siswa agar mencapai pengalaman puncak dalam
kehidupannya
6) Memfasilitasi siswa agar dapat memuaskan kebutuhan dasarnya
(rasa aman, rasa berharga, dan rasa diakui).
Kritik terhadap Teori Humanistik.
Terdapat beberapa kritik tentang
kelemahan pendekatan humanistic mengenai kepribadian yaitu sebagai berikut:
a)
Poor
testability, teori sulit diuji secara ilmiah, seperti konsep perkembangan
manusia dan self-actualization.
b)
Unrealistic
view of human nature. Humanistic terlalu optimis dalam mengamsumsikan tentang
hakikat manusia.
c)
Inadequate
evidence, bukti-bukti yang tidak tepat.
Aplikasi Theori Maslow dalam Bidang Pendidikan
Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat
penting. Dalam proses belajar-mengajar misalnya, guru mestinya memperhatikan
teori ini. Apabila guru menemukan kesulitan untuk memahami mengapa anak-anak
tertentu tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengapa anak tidak dapat tenang di
dalam kelas, atau bahkan mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi untuk
belajar. Menurut Maslow, guru tidak bisa menyalahkan anak atas kejadian ini
secara langsung, sebelum memahami barangkali ada proses tidak terpenuhinya
kebutuhan anak yang berada di bawah kebutuhan untuk tahu dan mengerti. Bisa
jadi anak-anak tersebut belum atau tidak melakukan makan pagi yang cukup,
semalam tidak tidur dengan nyenyak, atau ada masalah pribadi / keluarga yang
membuatnya cemas dan takut, dan lain-lain.
Hierarki kebutuhan Maslow dapat membantu
guru memahami siswa dan menciptakan lingkungan untuk meningkatkan
pembelajaran. Adalah tidak realistis untuk mengharapkan siswa
untuk menunjukkan minat dalam kegiatan kelas jika mereka kekurangan
kebutuhan fisiologis atau rasa aman. Anak-anak yang datang ke sekolah
tanpa sarapan dan yang tidak memiliki uang untuk makan siang tidak bisa
fokus dengan baik pada tugas/pembelajaran di kelas.
Guru dapat bekerjasama dengan konselor, kepala sekolah
dan pekerja sosial untuk membantu keluarga mereka atau
mengusulkan anak-anak untuk disetujui masuk program
makan gratis atau pengurangan biaya sekolah.
Beberapa siswa akan mengalami kesulitan mengerjakan tugas
dengan gangguan didekatnya (misalnya, gerakan dan kebisingan). Guru dapat
bertemu dengan orang tua untuk menilai apakah kondisi
rumah mereka mengganggu aktifitas belajar. Gangguan di rumah
dapat mengakibatkan keinginan untuk lebih
aman dalam belajar tidak terpenuhi. (Schunk,2009)
Guru dapat mendorong orang
tua agar menyediakan lingkungan rumah yang
menguntungkan untuk belajar, memastikan tidak
ada gangguan di kelas dan mengajar siswa
keterampilan untuk mengatasi gangguan-gangguan tersebut
(misalnya, bagaimana untuk berkonsentrasi dan memperhatikan kegiatan kegiatan akademik)
(Schunk,2009)
Beberapa sekolah tinggi memiliki
masalah dengan kekerasan dan tekanan yang
berhubungan dengan perilaku geng. Jika
siswa takut bahwa mungkin secara fisik merekadirugikan atau
sering harus berurusan dengan tekanan untuk bergabung
dengan geng,berkonsentrasi pada tugas akademik, mungkin
guru atau administrator mempertimbangkan bekerjasama dengan
siswa, orang tua, lembaga masyarakat dan aparat penegak
hukum untuk mengembangkan strategi yang efektif untuk
menghilangkan masalah keamanan. Isu-isu ini harus diatasi
untuk membuat atmosphire yang kondusif untuk
belajar. Guru harus menyediakan kegiatan yang dapat
siswa selesaikan dengan sukses. (Schunk,2009)
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Psikologi merupakan satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri,
dan salah satu bidang penting yang terdapat didalamnya adalah bidang yang
mempelajari manusia yang dikenal sebagai psikologi kepribadian. Sama halnya
dengan bidang psikologi yang lain, psikologi kepribadian memberikan sumbangan
yang berharga bagi pemahaman kita tentang manusia melalui kerangka kerja yang
ilmiah, yakni dengan menggunakan konsep-konsep yang mengarah langsung dan
terbuka bagi pengujian empiris serta menggunakan metode yang valid dan memiliki
ketepatan
Peneliti kepribadian berusaha memformulasi konsep-konsep
atau rumusan-rumusan teoretis yang bisa menguraikan dan menerangkan relasi dari
prinsip-prinsip yang diambil dan disatukannya. Dengan kata lain, semua faktor
yang menentukan atau mempengaruhi tingkah laku manusia merupakan objek
penelitian dan pemahaman para ahli psikologi kepribadian.
Konsep-konsep atau rumusan-rumusan teoritis yang diuraikan
dalam buku ini adalah teori kepribadian psikoanalisa menurut teori kepribadian
humanistik menurut Abraham Maslow.
B. SARAN
Sebagai calon konselor – mahasiswa program studi Bimbingan
dan Konseling – sudah seharusnya kita menguasai tentang teori-teori kepribadian
dari berbagai orientasi dan pendekatan.
Materi dalam makalah ini diharapkan dapat mengantarkan calon
konselor untuk menguasai landasan keilmuan dalam menjalankan praktek konseling
atau dalam menjalankan tugas-tugas profesionalnya.
Dengan menguasai teori-teori
kepribadian, diharapkan para konselor dapat bekerja dengan cara yang lebih
efektif dan efisien , serta menghindarkan konselor untuk bekerja dengan
cara-cara yang tidak ilmiah dan tidak disertai dengan dasar keilmuan.
DAFTAR PUSTAKA