Kesehatan Mental
ditinjau dari
Perspektif Tokoh Humanistik; Abraham Maslow
Kesehatan mental
adalah terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa,
artinya seseorang mampu menyesuaikan diri, memanfaatkan segala potensi dan bakat
yang dimiliki semaksimal mungkin untuk membawa pada kebahagiaan serta
tercapainya keharmonisan dalam hidupnya (Malik, 2011).
Menurut WHO orang
dapat dikatakan sehat secara mental apabila ia dapat menyesuaikan diri secara
kostuktif pada kenyataan meskipun kenyataan itu buruk baginya, memperoleh
kepuasan dari hasil jerih payah usahanya, merasa lebih puas memberi daripada
menerima, secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas, berhubungan dengan
orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan, menerima kekecewaan
untuk dipakainya sebagai pelajaran di kemudian hari, menjuruskan rasa
permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif, mempunyai rasa
kasih sayang yang besar.
Secara tidak langsung
Maslow menjelaskan bahwa individu yang mampu mengaktualisasikan dirinya akan
memiliki karakteristik yang sama dengan kriteria yang disebutkan oleh WHO
sebagai orang yang sehat secara mental, diantaranya adalah memiliki rasa bahwa
ia bersaudara dengan semua manusia (Jarvis, 2009). Rasa persaudaraan itu akan
memunculkan rasa kasih sayang, tolong menolong dan menjalin hubungan yang baik
dengan semua orang dalam kehidupan. Artinya individu yang mampu
mengaktualisasikan dirinya adalah orang yang mampu melihat potensi dirinya
sendiri dan berkembang di tengah masyarakat dengan percaya diri sebagai tanda
pemenuhan kebutuhan akan perghargaan (esteem
needs).
Kontribusi utama
Maslow adalah studi intensifnya tentang individu yang sehat, self-fulfilling
dan aktualisasi diri. Aktualisasi diri individu memiliki karakteristik sebagai
berikut : mereka menerima diri mereka sendiri dan orang lain sebagaimana
adanya; dapat menaruh perhatian kepada diri sendiri tetapi juga mampu memahami
kebutuhan dan keinginan orang lain; mereka dapat merespon keunikan orang dan
situasi (responsif bukan reaktif); mereka dapat menjalin hubungan akrab
setidaknya dengan beberapa orang; mereka dapat menjadi kreatif, spontan dan
mereka dapat menolak kompromi, artinya bersifat tegas ketika merespon tuntutan
realitas (Pervin, 2012). Kualitas pribadi tersebut dimiliki oleh individu
sebagai potensi yang dikembangkan, tetapi, hanya individu-individu yang
menyadari dan terus meningkatkan kualitas tersebut yang akhirnya bisa sehat
secara mental karena bisa mengotimalkan diri dan bisa menyesuaikan diri di
lingkungan sosialnya.
Namun, untuk menuju
mental yang sehat seringkali manusia dihadapkan dengan berbagai macam tantangan
kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mencapai tingkat aktualisasi tersebut.
A.
Hierarki
Kebutuhan
Maslow (1954)
mengembangkan teori motivasi manusia yang tujuannya menjelaskan segala jenis
keubutuhan manusia dan mengurutkannya menurut tingkat prioritas manusia dalam
pemenuhannya.
Kebutuhan yang paling
dasar adalah kebutuhan fisiologis dan psikologis, seperti makanan dan kehangatan.
Jika kebutuhan tersebut telah terpenuhi, kita akan mencari rasa aman. Saat kita
sudah merasa aman, maka kebutuhan berikut yang kita cemaskan adalah kebutuhan
sosial yaitu menjadi bagian dari kelompok dan menjalin hubungan dengan orang
lain. Ketika kebutuhan sosial sudah terpenuhi, maka kebutuhan berikutnya yang
terpenting adalah kebutuhan untuk dihargai (esteem
needs). Agar kebutuhan itu terpenyi kita harus berprestasi, menjadi
kompeten dan mendapat pengakuan sebagai orang yang berprestasi dan kompeten.
Begitu kebutuhan ini terpenuhi, perhatian kita akan beralih pada pemenuhan
kebutuhan intelektuan (intellectual
needs) kita, termasuk di dalamnya adalah memperoleh pemahaman dan
pengetahuan. Kebutuhan berikut di atas kebutuhan intelktual adalah kebutuhan
estetis (aestethic needs), yaitu
kebutuhan akan keindahan, kerapian dan keseimbangan. Kebutuhan terakhir manusia
menurut Maslow adalah kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri (self-actualization), yaitu menemukan
pemenuhan pribadi dan mencapai potensi diri (Jarvis, 2009).
Seringkali, walaupun
kebutuhan tersebut telah terpenuhi namun masih ada ketidakpuasan. Ketidakpuasan
itulah yang merupakan gejala tidak sehat mental, sehingga tidak akan pernah
mencapai pada tingkatan aktualisasi diri karena ketidakpuasan disini akan
menyebabkan keputusasaan. Sangat relatif pada setiap individu mengenai titik
dimana mereka merasa puas. Orang dengan mental sehat adalah orang yang merasa
puas terhadap pemenuhan-pemenuhan dan ditandai dengan keinginan untuk tumbuh dan
berkembang, berorientasi pada masa depan dan tetap realistis dan mampu
melakukan inovasi bagi diri serta lingkungannya sebagai wujud keseimbangan/keharmonisan
fungsi jiwanya.
B.
Aktualisasi
Diri
Aktualisasi diri
sebagai manifestasi mental yang sehat adalah bagaimana individu mampu
mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki. Aktualisasi membutuhkan kepercayaan
diri dan konsep diri/citra diri yang positif, cara pikir dan perbuatan yang
pofitif pula. Bagaimana seseorang dapat mengaktualisasikan dirinya jika tidak
memiliki kepercayaan diri dan konsep diri yang positif?
Menurut Jarvis (2009) Maslow
mengidentifikasikan 15 ciri orang yang telah mengaktualisasikan diri sebagai
berikut :
1.
Memiliki persepsi yang
akurat tentang realitas.
2.
Menikmati pengalaman
baru.
3.
Memiliki keharmonisan
fungsi-fungsi jiwa, seakan orang itu merasa dunia selaras dengannya.
4.
Memiliki standar moral
yang jelas.
5.
Memiliki selera humor.
6.
Merasa bersaudara
dengan semua manusia.
7.
Memiliki hubungan
pertemanan yang erat.
8.
Bersikap demokratis
dalam menerima orang lain.
9.
Membutuhkan privasi.
10.
Bebas dari budaya dan
lingkungan.
11.
Kreatif.
12.
Spontan.
13.
Lebih berpusat pada
permasalahan, bukan pada diri sendiri.
14.
Mengakui sifat dasar
manusia.
15.
Tidak selalu ingin
menyamakan diri dengan orang lain (menjadi diri sendiri karena menyadari
potensi dirinya).
Maslow
tidak menyamakan aktualisasi diri dengan kesempurnaan. Orang yang bisa
mengaktualisasikan diri pada dasarnya hanya memenuhi potensi dirinya sendiri
dan menyadari ketidaksempurnaan itu. Aktualisasi diri sebagai ciri individu
sehat secara mental tidak mengejar kesempurnaan itu, tetapi untuk mengembangkan
potensi dirinya, mengoptimalkan apa yang dimiliki sehingga mampu menjadi
individu yang fungsi jiwanya harmonis dengan pemenuhan-pemenuhan kebutuhan
diatas. Aktualisasi diri merupakan bagaimanan individu itu mampu menyesuaikan
diri, mengotimalkan potensi, mampu mengharmoniskan fungsi-fungsi jiwanya serta
mampu mengaktualisasikan diri untuk mencapai kebahagiaan.
Lepas
dari bagimana Maslow menjelaskan padangannya mengenai aktualisasi diri,
paradigma Humanistik merupakan satu-satunya pendekatan psikologi yang cocok
dengan gagasan spiritualitas. Spiritualitas menjadi hal yang sangat penting
kaitannya dengan kesehatan mental, kareana menurut Dadang Hawari keseimbangan
dimensi yang sehat adalah ketika dimensi Bio-psiko-sosial-spiritual berjalan
selaras untuk mewujudkan individu yang sehat baik secara biologis, psikologis,
sosial dan spiritual sebagi wujud kesesuaian seluruh aspek kehidupan.
Daftar Pustaka :
Jarvis, Matt. 2009. Teori-Teori Psikologi: Pendekatan
Modern untuk Memahami Perilaku, Perasaan & Pikiran Manusia. Bandung : Nusa
Media
Malik, Imam. 2011. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta :
Teras
Pervin, Lawrence. A., Cervone, Daniel., John, Oliver P.
2012. Psikologi Kepribadian : Teori dan Penelitian.