MAKALAH
PSIKOLOGI
KEPRIBADIAN
“ERICH FROMM”
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Teori psikologi kepribadian melahirkan konsep-konsep seperti dinamika
pengaturan tingkah laku, model tingkah laku dan perkembangan repertoir tingkah
laku, dalam rangka mengurai kompleksitas tingkah laku manusia. Ahli-ahli
psikologi kepribadian melakukan riset yang cermat untuk menguji konsep-konsep
itu, memakai kaidah-kaidah untuk menegakkan teori yang handal.
Fromm dapat di gelari sebagai teoritis kepribadian Marxian, karena
pandangannya sangat di pengaruhi oleh Karl Marx. Namun dia sendiri memilih nama
teorinya “humanis dialektik”, karena yang ingin dia tunjukkan adalah
perhatiannya terhadap perjuangan manusia yang tidak pernah menyerah untuk
memperoeh martabat dan kebebasan, dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia
untuk berhubungan dengan orang lain.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana Kondisi Eksistensi manusia ?
2.
Apa saja Kebutuhan manusia ?
3.
Bagaimana mekanisme melarikan diri dari kebebasan ?
4.
Bagaimana Karakter Sosial ?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui kondisi eksistensi manusia
2.
Untuk mengetahui apa saja kebutuhan manusia
3.
Untuk mengetahui mekanisme pelarian diri dari kebebasan
4.
Untuk mengetahui karakter sosial
BAB II
PEMBAHASAN
Erich Fromm
A.Sejarah singkat tentang Erich Formm
Erich Form lahir di Frankfurt,
Jerman, pada tahun 1900 dan belajar psikologi dan sosiologi di Universitas
Heidelberg, Frankfurt, dan Munich. Setelah meraih gelar Ph.D dari Heidelberg
tahun 1922, ia belajar psikoanalisis di Munich dan pada Institut Psikoanalisis
Berlin yang terkenal. Ia pergi ke Amerika Serikat tahun 1933 sebagai lektor di
Institut Psikoanalisis Chicago kemudian ia melakukan preaktek privat di New
York City. Ia pernah mengajar pada sejumlah Universitas dan Institut di negara
ini dan di Meksiko. Sekarang Form tinggal di Swiss. Buku-bukunya mendapat perhatian
luar biasa, tidak hanya oleh ahli-ahli dalam bidang psikologi, sosiologi,
fisafat, dan agama, tetapi juga oleh masyarakat umum.
B. Kondisi
Eksistensi Manusia
Mengikuti filsafat dualisme, semua
gerak di dunia di latarbelakangi oleh pertentangan dua kelompok ekstrim, tesa
dan antitesa. Pertentangan itu akan menimbulkan sintesa, yang pada dasarnya
dapat di pandang sebagai tesa baru yang akan memunculkan antitesa yang lain.
Itulah dinamika yang tidak pernah berhenti bergerak.
Menurut Fromm hakekat manusia
bersifat dualistik. Ada empat dualistik di dalam diri manusia yaitu:
1. Manusia
sebagai binatang dan sebagai manusia
Manusia sebagai binatang memiliki banyak kebutuhan fisioligik yang harus
di puaskan, seperti kebutuhan makan, minum, dan kebutuhan seksual. Manusia
sebagai manusia memiliki kebutuhan kesadaran diri, berfikir, dan berimajinasi.
Kebutuhan manusia itu terwujud dalam pengalaman khas manusia meliputi perasaan
lemah lembut, cinta, kasihan, perhatian, tanggung jawab, identitas, integritas,
sedih, transendensi, kebebasan, nilai dan norma.
2. Hidup
dan mati
Kesadaran diri dan fikiran manusia telah mengetahui bahwa dia akan mati,
tetapi manusia berusaha mengingkarinya dengan meyakini adanya kehidupan sesudah
mati, dan usaha-usaha yang tidak sesuai dengan fakta bahwa kehidupan akan
berakhir dengan kematian.
3. Ketidak sempurnaan
dan kesempurnaan
Manusia mampu mengkonsepkan realitas-diri yang sempurna, tetapi kerena
hidup itu pendek kesempurnaan tidak dapat di capai. Ada orang orang berusaha
memecahkan dikotomi ini melalui mengisi rentang sejarah hidupnya dengan
prestasi di bidang kemanusiaan, dan ada pula yang menyakini dalil kelanjutan
perkembangannya sesudah mati.
4. Kesendirian
dan kebersamaan
Manusia adalah pribadi yang mandiri, sendiri, tetapi manusia juga tidak
bisa menerima kesendirian. Manusia menyadari diri sebagai individu yang
terpisah, dan pada saat yang sama juga menyadari kalau kebahagiaannya
tergantung pada kebersamaan dengan oran lain. Dilema ini tidak pernah
terselesaikan, namun orang harus berusaha menjembatani dualisme ini, agar tidak
menjadi gila. Dualisme-dualisme itu yaitu aspek binatang dan manusia, kehidupan
dan kematian, ketidaksempurnaan, dan kesempurnaan, kesendirian dan kebersamaan,
merupakan kondisi dasar eksis-tensi manusia.
Konflik yang dibawa dari lahir antara tesa antitesa
eksistensi manusia, disebut dilema eksistensi. Di satu sisi manusia berjuang
untuk bebas, menguasai lingkungan dengan hakekat kemanusiaannya, di sisi lain
kebebasan itu memperbudak manusia dengan memisahkan hakekat kebinatangan dari
akar-akar alaminya. Dinamika kehidupan bergerak tanpa henti seolah-olah manusia
bakal hidup abadi, setiap orang tanpa sadar mengingkari kematian yang baka dan
berusaha bertahan di dunia yang fana.
Ada dua cara menghindari dilema eksistensi,
pertama dengan menerima otoritas dari luar-tunduk kepada penguasa dan
menyesuaikan diri dengan masyarakat. Manusia menjadi budak (dari penguasa
negara) untuk mendapatkan perlindungan/rasa aman. Cara kedua, orang bersatu
dengan orang lain dalam semangat cinta dan kerja sama, menciptakan ikatan dan
tanggung jawab bersama dari masyarakat yang lebih baik.
C. Kebutuhan Manusia
Pada umumnya kata “kebutuhan”
diartikan sebagai kebutuhan fisik, yang oleh Fromm di pandang sebagai kebutuhan
aspek kebinatangan dari manusia, yakni kebutuhan makan, minum, seks, dan bebas
dari rasa sakit. Fromm membagi dalam dua kelompok kebutuhan:
1. Kebutuhan kebebasan
dan keterikatan
·
Keterhubungan atau (relatedness):
kebutuhan mengatasi perasaan kesendirian dan terisolasi dari alam dan dari
dirinya sendiri. Kebutuhan untuk bergabung dengan makhluk lain yang dicintai,
menjadi bagian dari sesuatu. Keinginan irasional untuk mempertahankan
hubungannya yang pertama, yakni hubungannya dengan ibu, kemudian diwujudkan
kedalam perasaan solidaritas dengan orang lain. Hubungan paling memuaskan bisa
positif yakni hubungan yang didasarkan pada cinta, perhatian, tanggung jawab,
penghargaan, dan pengertian dari orang lain, bisa negatif yakni hubungan yang
didasarkan pada kepatuhan atau kekuasaan.
·
Keberakaran (roottedness)
Kebutuhan keberakaran adalah
kebutuhan untuk memiliki ikatan-ikatan yang membuatnya merasa krasan di dunia
(merasa seperti di rumahnya). Manusia menjadi asing dengan dunianya karena dua
alasan ; pertama, dia direnggut dari akar-akar hubungannya oleh situasi (ketika
manusia diahirkan, dia menjadi sendirian dan kehilangan ikatan alaminya),
kedua, fikiran dan kebebasan yang dikembangkannya sendiri justru memutus ikatan
alami dan menimbulkan perasaan isolasi/tak berdaya. Keberakaran adalah
kebutuhan untuk meningkatkan diri dengan kehidupan. Setiap saat orang
dihadapkan dengan dunia baru, dimana dia harus tetap aktif dan kreatif
mengembangkan perasaan menjadi bagian yang integral dari dunia. Dengan demikian
dia akan tetap merasa aman, tidak cemas, berada di tengah-tengah dunia yang
penuh ancaman.
·
Menjadi pencipta (transcendency)
Karena individu menyadari dirinya
sendiri dan lingkungannya, mereka kemudian mengenali batapa kuat dan menakutkan
alam semesta itu, yang membuatnya menjadi marasa tak berdaya.
·
Kesatuan (unity)
Kebutuhan untuk mengatasi eksistensi keterpisahan antara
hakekat binatang dan non binatang dalam diri seseorang.
·
Identitas (identity)
Kebutuhan untuk menjadi “aku”,
kebutuhan untuk sadar dengan dirinya sendiri sebagai sesuatu yang terpisah.
Manusia harus merasakan dapat mengontrol nasibnya sendiri, harus bisa membuat
keputusan, dan merasa bahwa hidupnya nyata-nyata miliknya sendiri.
2. Kebutuhan untuk memahami
dan beraktifitas
a. Kerangka
orientasi (frame of orientation)
Orang membutuhkan peta mengenai dunia sosial dan dunia alaminya, tanpa
peta itu dia akan bingung dan tidak mampu bertingkah laku yang ajeg-mempribadi.
Manusia selau dihadapkan dengan fenomena alam yang membingungkan dan realitas
yang menakutkan, meraka membutuhkan hidupnya menjadi bermakna. Dia berkeinginan
untuk dapat meramalkan kompleksitas eksistensi. Kerangka orientasi adalah seperangkat
keyakinan mengenai eksistensi hidup, perjalanan hidup-tingkah laku bagaimana
yang harus dikerjakannya, yang mutlak dibutuhkan untuk memperoleh kesehatan
jiwa.
b. Kerangka
Kesetiaan (frame of defotion)
Kebutuhan untuk memiliki kebutuhan hidup yamg mutlak; Tuhan. Orang
membutuhkan sesuatu yang dapat menerima seluruh pengabdian hidupnya, sesuatu yang
membuat hidunya menjadi bermakna. Kerangka pengabdian adalah peta yang mengarahkan
pencarian makna hidup, menjadi dasar dari nila-nilai dan titik puncak dari
semua perjuangan.
c. Keterangsangan-stimulasi
(excitation-stimulation)
Kebutuhan untuk melatih sistem syaraf, untuk memanfatkan kemampuan otak.
Manusia membutuhkan bukan sekedar stimulus sederhana (misalnya: makanan),
tetapi stimuli yang mengaktifkan jiwa (misalnya: puisi atau hukum fisika).
Stimuli yang tidak cukup direaksi saat itu, tetapi harus direspon secara aktif,
prodiktif, dan berkelanjutan.
d. Keefektivan
(effectivity)
Kebutuhan untuk menyadari eksistensi diri-melawan perasaan tidak mampu
dan melatih kompetensi/kemampuan.
D. Mekanisme
melarikan diri dari kebebasan
Menurut Fromm, ciri orang
yang normal atau yang mentalnya sehat adalah orang yang mampu bekarja produktif
sesuai dengan tuntutan lingkungan sosialnya, sekaligus mampu berpartisipasi
dalam kehidupan sosial yang penuh cinta. Menurut Fromm, normalitas adalah
keadaan optimal dari pertumbuhan (kemandirian) dan kebahagiaan (kebersamaan)
dari individu.
Ada dua cara untuk memperoleh
makna dan kebersamaan dalam kehidupan. Pertama, mencapai kebebasan positif
yakni berusaha menyatu dengan orang lain, tanpa mengorbankan kebebasan dan
integritas pribadi. Cara kedua, memperoleh rasa aman dengan meninggalkan
kebebasan dan menyerahkan bulat-bulat individualitas dan integritas diri kepada
sesuatu (bisa orang atau lembaga) yang dapat memberi rasa aman. Cara memperoleh rasa aman dengan berlindung di
bawah kekuatan lain, disebut Fromm mekanisme pelarian. Mekanisme pelarian
sepanjang dipakai sekali waktu, adalah dorongan yang normal pada semua orang,
baik individual maupun kolektif. Ada tiga mekanisme pelarian yang terpenting, yaitu:
1. Otoritarianisme
(authoritarianism)
Kecenderungan untuk menyerahkan kemandirian diri dan
menggabungkannya dengan seseorang atau sesuatu di luar dirinya, untuk
memperoleh kekuatan yang di rasakan tidak di milikinya. Kebutuhan untuk
menggabung dengan partner yang memiliki kekuatan bisa berupa masokisme atau
sadisme. Masokisme merupakan hasil dari perasaan dasar tidak berdaya, lemah,
dan inferior yang dibawa saat menggabungkan diri dengan orang atau institusi
yang memiliki power, sehingga kekuatan itu tertuju atau menindas dirinya.
Sadisme di pakai untuk meredakan kecemasan dasar melalui penyatuan diri dengan
orang lain atau institusi. Ada tiga jenis
sadisme yang saling berkaitan yakni; membuat orang lain tergantung kepada
dirinya sehingga memperoleh kekuatan dari orang lain yang lebih lemah,
mengeksploitasi dan mengambil keuntungan dari orang lain, dan kecenderungan
melihat orang lain sengsara secara fisik atau psikis.
2. Perusakan
(destruktiveness)
Destruktif
berakar pada perasaan kesepian, isolasi, dan tak berdaya. Destruktif
mencari kekuatan tidak melalui membangun hubungan dengan pihak luar, tetapi
melalui usaha membalas atau merusak kekuatan orang lain.
3. Penyesuaian
(conformity)
Bentuk pelarian dari perasaan kesepian dan isolasi
berupa penyerahan individualita dan menjadi apa saja seperti yang diinginkan
kekuatan dari luar. Orang menjadi robot, mereaksi sesuatu persis seperti yang
direncanakan dan mekanis menuruti kemauan orang lain. Konformis tidak pernah
mengekspresikan opini dirinya, menyerahkan diri kepada standar tingkah laku
yang di harapkan, dan sering tampil diam dan mekanis.
E. Karakter
Sosial
Menurut Fromm karakter manusia berkembang
berdasarkan kebutuhan mengganti insting kebinatangan yang hilang ketika mereka
berkembang tahap demi tahap.
Fromm membedakan dua karakter sosial
dalam pasangan yakni, productiveness (hidup yang beroriantasi positif) dan
nonproductiveness (hidup yang berorintasi negatif). Masing-masing diuraikan
menjadi lima pasangan kategori, dimana antar kategori itu bisa saling
berkombinasi. Tidak ada orang yang murni/ekstrim produktif atau murni
nonproduktif; semua orang berada diantaranya dalam suatu kontinum.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Jadi Menurut Fromm hakekat manusia
itu bersifat dualistik. Dan fromm membedakan dalam empat dualistik itu di dalam
diri manusia yaitu:
1. Manusia
sebagai binatang dan sebagai manusia, manusia sebagai binatang memiliki banyak
kebutuhan fisik yang harus di puaskan, yaitu diantaranya kebutuhan makan,
minum, dan kebutuhan seksual dan manusia sebagai manusia itu memiliki kesadaran diri, berfikir, dan
berimajinasi.
2. Hidup
dan mati, manusia mengetahui bahwa dia akan mati, tetapi manusia berusaha
mengingkarinya dengan meyakini adanya kehidupan sesudah mati, dan tetapi
manusia tidak menyakini bahwa kehidupan akan berakhir dengan kematian.
3. Ketidak
sempurnaan dan kesempurnaan, manusia berusaha mengkonsepkan realitas diri yang
sempurna, tetapi kerena hidup itu pendek kesempurnaan tidak dapat di capai.
4. Kesendirian
dan kebersamaan, manusia itu memiliki pribadi yang mandiri tetpi manusia itu
sendiri tidak bisa menerima kesendirian itu dan berusaha buat hidup bersama
orang lain.
2. Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun
penulisan ini jauh dari sempurna. Masih banyak kesalahan dari penulisan
kelompok kami, karena kami manusia yang adalah tempat salah dan dosa. Dan kami
juga butuh saran/kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Alwilsol, PSIKOLOGI
KEPREIBADIAN
Calvin S. Hall, Gardner
Lindzey, Teori-Teori Psikodinamik (Klinis), 1978.