Friday, September 18, 2020

Unknown

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN ERICH FROMM

 

MAKALAH

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

“ERICH FROMM”

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Teori psikologi kepribadian melahirkan konsep-konsep seperti dinamika pengaturan tingkah laku, model tingkah laku dan perkembangan repertoir tingkah laku, dalam rangka mengurai kompleksitas tingkah laku manusia. Ahli-ahli psikologi kepribadian melakukan riset yang cermat untuk menguji konsep-konsep itu, memakai kaidah-kaidah untuk menegakkan teori yang handal.

Fromm dapat di gelari sebagai teoritis kepribadian Marxian, karena pandangannya sangat di pengaruhi oleh Karl Marx. Namun dia sendiri memilih nama teorinya “humanis dialektik”, karena yang ingin dia tunjukkan adalah perhatiannya terhadap perjuangan manusia yang tidak pernah menyerah untuk memperoeh martabat dan kebebasan, dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan orang lain.

B.  Rumusan Masalah

1.      Bagaimana Kondisi Eksistensi manusia ?

2.      Apa saja Kebutuhan manusia ?

3.      Bagaimana mekanisme melarikan diri dari kebebasan ?

4.      Bagaimana Karakter Sosial ?

 

C.  Tujuan

1.      Untuk mengetahui kondisi eksistensi manusia

2.      Untuk mengetahui apa saja kebutuhan manusia

3.      Untuk mengetahui mekanisme pelarian diri dari kebebasan

4.      Untuk mengetahui karakter sosial

                       

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

Erich Fromm

A.Sejarah singkat tentang Erich Formm

Erich Form lahir di Frankfurt, Jerman, pada tahun 1900 dan belajar psikologi dan sosiologi di Universitas Heidelberg, Frankfurt, dan Munich. Setelah meraih gelar Ph.D dari Heidelberg tahun 1922, ia belajar psikoanalisis di Munich dan pada Institut Psikoanalisis Berlin yang terkenal. Ia pergi ke Amerika Serikat tahun 1933 sebagai lektor di Institut Psikoanalisis Chicago kemudian ia melakukan preaktek privat di New York City. Ia pernah mengajar pada sejumlah Universitas dan Institut di negara ini dan di Meksiko. Sekarang Form tinggal di Swiss. Buku-bukunya mendapat perhatian luar biasa, tidak hanya oleh ahli-ahli dalam bidang psikologi, sosiologi, fisafat, dan agama, tetapi juga oleh masyarakat umum.

B. Kondisi Eksistensi Manusia

Mengikuti filsafat dualisme, semua gerak di dunia di latarbelakangi oleh pertentangan dua kelompok ekstrim, tesa dan antitesa. Pertentangan itu akan menimbulkan sintesa, yang pada dasarnya dapat di pandang sebagai tesa baru yang akan memunculkan antitesa yang lain. Itulah dinamika yang tidak pernah berhenti bergerak.

Menurut Fromm hakekat manusia bersifat dualistik. Ada empat dualistik di dalam diri manusia yaitu:

1.      Manusia sebagai binatang dan sebagai manusia

Manusia sebagai binatang memiliki banyak kebutuhan fisioligik yang harus di puaskan, seperti kebutuhan makan, minum, dan kebutuhan seksual. Manusia sebagai manusia memiliki kebutuhan kesadaran diri, berfikir, dan berimajinasi. Kebutuhan manusia itu terwujud dalam pengalaman khas manusia meliputi perasaan lemah lembut, cinta, kasihan, perhatian, tanggung jawab, identitas, integritas, sedih, transendensi, kebebasan, nilai dan norma.

2.      Hidup dan mati

Kesadaran diri dan fikiran manusia telah mengetahui bahwa dia akan mati, tetapi manusia berusaha mengingkarinya dengan meyakini adanya kehidupan sesudah mati, dan usaha-usaha yang tidak sesuai dengan fakta bahwa kehidupan akan berakhir dengan kematian.

 

3.      Ketidak sempurnaan dan kesempurnaan

Manusia mampu mengkonsepkan realitas-diri yang sempurna, tetapi kerena hidup itu pendek kesempurnaan tidak dapat di capai. Ada orang orang berusaha memecahkan dikotomi ini melalui mengisi rentang sejarah hidupnya dengan prestasi di bidang kemanusiaan, dan ada pula yang menyakini dalil kelanjutan perkembangannya sesudah mati.

4.      Kesendirian dan kebersamaan

Manusia adalah pribadi yang mandiri, sendiri, tetapi manusia juga tidak bisa menerima kesendirian. Manusia menyadari diri sebagai individu yang terpisah, dan pada saat yang sama juga menyadari kalau kebahagiaannya tergantung pada kebersamaan dengan oran lain. Dilema ini tidak pernah terselesaikan, namun orang harus berusaha menjembatani dualisme ini, agar tidak menjadi gila. Dualisme-dualisme itu yaitu aspek binatang dan manusia, kehidupan dan kematian, ketidaksempurnaan, dan kesempurnaan, kesendirian dan kebersamaan, merupakan kondisi dasar eksis-tensi manusia.

Konflik yang dibawa dari lahir antara tesa antitesa eksistensi manusia, disebut dilema eksistensi. Di satu sisi manusia berjuang untuk bebas, menguasai lingkungan dengan hakekat kemanusiaannya, di sisi lain kebebasan itu memperbudak manusia dengan memisahkan hakekat kebinatangan dari akar-akar alaminya. Dinamika kehidupan bergerak tanpa henti seolah-olah manusia bakal hidup abadi, setiap orang tanpa sadar mengingkari kematian yang baka dan berusaha bertahan di dunia yang fana.

      Ada dua cara menghindari dilema eksistensi, pertama dengan menerima otoritas dari luar-tunduk kepada penguasa dan menyesuaikan diri dengan masyarakat. Manusia menjadi budak (dari penguasa negara) untuk mendapatkan perlindungan/rasa aman. Cara kedua, orang bersatu dengan orang lain dalam semangat cinta dan kerja sama, menciptakan ikatan dan tanggung jawab bersama dari masyarakat yang lebih baik.

 

C.   Kebutuhan Manusia

Pada umumnya kata “kebutuhan” diartikan sebagai kebutuhan fisik, yang oleh Fromm di pandang sebagai kebutuhan aspek kebinatangan dari manusia, yakni kebutuhan makan, minum, seks, dan bebas dari rasa sakit. Fromm membagi dalam dua kelompok kebutuhan:

1.  Kebutuhan kebebasan dan keterikatan

·         Keterhubungan atau (relatedness): kebutuhan mengatasi perasaan kesendirian dan terisolasi dari alam dan dari dirinya sendiri. Kebutuhan untuk bergabung dengan makhluk lain yang dicintai, menjadi bagian dari sesuatu. Keinginan irasional untuk mempertahankan hubungannya yang pertama, yakni hubungannya dengan ibu, kemudian diwujudkan kedalam perasaan solidaritas dengan orang lain. Hubungan paling memuaskan bisa positif yakni hubungan yang didasarkan pada cinta, perhatian, tanggung jawab, penghargaan, dan pengertian dari orang lain, bisa negatif yakni hubungan yang didasarkan pada kepatuhan atau kekuasaan.

·         Keberakaran (roottedness)

Kebutuhan keberakaran adalah kebutuhan untuk memiliki ikatan-ikatan yang membuatnya merasa krasan di dunia (merasa seperti di rumahnya). Manusia menjadi asing dengan dunianya karena dua alasan ; pertama, dia direnggut dari akar-akar hubungannya oleh situasi (ketika manusia diahirkan, dia menjadi sendirian dan kehilangan ikatan alaminya), kedua, fikiran dan kebebasan yang dikembangkannya sendiri justru memutus ikatan alami dan menimbulkan perasaan isolasi/tak berdaya. Keberakaran adalah kebutuhan untuk meningkatkan diri dengan kehidupan. Setiap saat orang dihadapkan dengan dunia baru, dimana dia harus tetap aktif dan kreatif mengembangkan perasaan menjadi bagian yang integral dari dunia. Dengan demikian dia akan tetap merasa aman, tidak cemas, berada di tengah-tengah dunia yang penuh ancaman.

·         Menjadi pencipta (transcendency)

Karena individu menyadari dirinya sendiri dan lingkungannya, mereka kemudian mengenali batapa kuat dan menakutkan alam semesta itu, yang membuatnya menjadi marasa tak berdaya.

·         Kesatuan (unity)

Kebutuhan untuk mengatasi eksistensi keterpisahan antara hakekat binatang dan non binatang dalam diri seseorang.

·         Identitas (identity)

Kebutuhan untuk menjadi “aku”, kebutuhan untuk sadar dengan dirinya sendiri sebagai sesuatu yang terpisah. Manusia harus merasakan dapat mengontrol nasibnya sendiri, harus bisa membuat keputusan, dan merasa bahwa hidupnya nyata-nyata miliknya sendiri.

2. Kebutuhan untuk memahami dan beraktifitas

a.      Kerangka orientasi (frame of orientation)

Orang membutuhkan peta mengenai dunia sosial dan dunia alaminya, tanpa peta itu dia akan bingung dan tidak mampu bertingkah laku yang ajeg-mempribadi. Manusia selau dihadapkan dengan fenomena alam yang membingungkan dan realitas yang menakutkan, meraka membutuhkan hidupnya menjadi bermakna. Dia berkeinginan untuk dapat meramalkan kompleksitas eksistensi.  Kerangka orientasi adalah seperangkat keyakinan mengenai eksistensi hidup, perjalanan hidup-tingkah laku bagaimana yang harus dikerjakannya, yang mutlak dibutuhkan untuk memperoleh kesehatan jiwa.

 

b.      Kerangka Kesetiaan (frame of defotion)

Kebutuhan untuk memiliki kebutuhan hidup yamg mutlak; Tuhan. Orang membutuhkan sesuatu yang dapat menerima seluruh pengabdian hidupnya, sesuatu yang membuat hidunya menjadi bermakna. Kerangka pengabdian adalah peta yang mengarahkan pencarian makna hidup, menjadi dasar dari nila-nilai dan titik puncak dari semua perjuangan.

c.       Keterangsangan-stimulasi (excitation-stimulation)

Kebutuhan untuk melatih sistem syaraf, untuk memanfatkan kemampuan otak. Manusia membutuhkan bukan sekedar stimulus sederhana (misalnya: makanan), tetapi stimuli yang mengaktifkan jiwa (misalnya: puisi atau hukum fisika). Stimuli yang tidak cukup direaksi saat itu, tetapi harus direspon secara aktif, prodiktif, dan berkelanjutan.

d.      Keefektivan (effectivity)

Kebutuhan untuk menyadari eksistensi diri-melawan perasaan tidak mampu dan melatih kompetensi/kemampuan.

D. Mekanisme melarikan diri dari kebebasan

Menurut Fromm, ciri orang yang normal atau yang mentalnya sehat adalah orang yang mampu bekarja produktif sesuai dengan tuntutan lingkungan sosialnya, sekaligus mampu berpartisipasi dalam kehidupan sosial yang penuh cinta. Menurut Fromm, normalitas adalah keadaan optimal dari pertumbuhan (kemandirian) dan kebahagiaan (kebersamaan) dari individu.

Ada dua cara untuk memperoleh makna dan kebersamaan dalam kehidupan. Pertama, mencapai kebebasan positif yakni berusaha menyatu dengan orang lain, tanpa mengorbankan kebebasan dan integritas pribadi. Cara kedua, memperoleh rasa aman dengan meninggalkan kebebasan dan menyerahkan bulat-bulat individualitas dan integritas diri kepada sesuatu (bisa orang atau lembaga) yang dapat memberi rasa aman.  Cara memperoleh rasa aman dengan berlindung di bawah kekuatan lain, disebut Fromm mekanisme pelarian. Mekanisme pelarian sepanjang dipakai sekali waktu, adalah dorongan yang normal pada semua orang, baik individual maupun kolektif. Ada tiga mekanisme pelarian yang terpenting, yaitu:

1.      Otoritarianisme (authoritarianism)

Kecenderungan untuk menyerahkan kemandirian diri dan menggabungkannya dengan seseorang atau sesuatu di luar dirinya, untuk memperoleh kekuatan yang di rasakan tidak di milikinya. Kebutuhan untuk menggabung dengan partner yang memiliki kekuatan bisa berupa masokisme atau sadisme. Masokisme merupakan hasil dari perasaan dasar tidak berdaya, lemah, dan inferior yang dibawa saat menggabungkan diri dengan orang atau institusi yang memiliki power, sehingga kekuatan itu tertuju atau menindas dirinya. Sadisme di pakai untuk meredakan kecemasan dasar melalui penyatuan diri dengan orang lain atau institusi.  Ada tiga jenis sadisme yang saling berkaitan yakni; membuat orang lain tergantung kepada dirinya sehingga memperoleh kekuatan dari orang lain yang lebih lemah, mengeksploitasi dan mengambil keuntungan dari orang lain, dan kecenderungan melihat orang lain sengsara secara fisik atau psikis.

 

2.      Perusakan (destruktiveness)

Destruktif  berakar pada perasaan kesepian, isolasi, dan tak berdaya. Destruktif mencari kekuatan tidak melalui membangun hubungan dengan pihak luar, tetapi melalui usaha membalas atau merusak kekuatan orang lain.

3.      Penyesuaian (conformity)

Bentuk pelarian dari perasaan kesepian dan isolasi berupa penyerahan individualita dan menjadi apa saja seperti yang diinginkan kekuatan dari luar. Orang menjadi robot, mereaksi sesuatu persis seperti yang direncanakan dan mekanis menuruti kemauan orang lain. Konformis tidak pernah mengekspresikan opini dirinya, menyerahkan diri kepada standar tingkah laku yang di harapkan, dan sering tampil diam dan mekanis.

 

E. Karakter Sosial

Menurut Fromm karakter manusia berkembang berdasarkan kebutuhan mengganti insting kebinatangan yang hilang ketika mereka berkembang tahap demi tahap.

Fromm membedakan dua karakter sosial dalam pasangan yakni, productiveness (hidup yang beroriantasi positif) dan nonproductiveness (hidup yang berorintasi negatif). Masing-masing diuraikan menjadi lima pasangan kategori, dimana antar kategori itu bisa saling berkombinasi. Tidak ada orang yang murni/ekstrim produktif atau murni nonproduktif; semua orang berada diantaranya dalam suatu kontinum.


BAB III

PENUTUP

1.     Kesimpulan

Jadi Menurut Fromm hakekat manusia itu bersifat dualistik. Dan fromm membedakan dalam empat dualistik itu di dalam diri manusia yaitu:

1.      Manusia sebagai binatang dan sebagai manusia, manusia sebagai binatang memiliki banyak kebutuhan fisik yang harus di puaskan, yaitu diantaranya kebutuhan makan, minum, dan kebutuhan seksual dan manusia sebagai manusia  itu memiliki kesadaran diri, berfikir, dan berimajinasi.

2.      Hidup dan mati, manusia mengetahui bahwa dia akan mati, tetapi manusia berusaha mengingkarinya dengan meyakini adanya kehidupan sesudah mati, dan tetapi manusia tidak menyakini bahwa kehidupan akan berakhir dengan kematian.

3.      Ketidak sempurnaan dan kesempurnaan, manusia berusaha mengkonsepkan realitas diri yang sempurna, tetapi kerena hidup itu pendek kesempurnaan tidak dapat di capai.

4.      Kesendirian dan kebersamaan, manusia itu memiliki pribadi yang mandiri tetpi manusia itu sendiri tidak bisa menerima kesendirian itu dan berusaha buat hidup bersama orang lain.    

2.     Saran

            Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun penulisan ini jauh dari sempurna. Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, karena kami manusia yang adalah tempat salah dan dosa. Dan kami juga butuh saran/kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Alwilsol, PSIKOLOGI KEPREIBADIAN

Calvin S. Hall, Gardner Lindzey, Teori-Teori Psikodinamik (Klinis), 1978.

Unknown

About Unknown

Author Description here.. Nulla sagittis convallis. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.

Subscribe to this Blog via Email :