Friday, September 18, 2020

Unknown

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN ANNA FREUD

 


A.   Latar Belakang

Teori Anna Freud yang termasuk dalam aliran Psikoanalisis Kontemporer atau Neo-Freudianisme melengkapi ketidakpuasan atas teori Psikoanalisis Klasik Sigmund Freud (Freudianisme). Ketika Freud meninggal, psikoanalisis mulai memusatkan diri pada sifat kekuatan ego dalam membimbing kemampuan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan bukan sekadar bereaksi bila ada kebutuhan hidup muncul (Alwisol, 2009).

Dari ketidakpuasan dan merasakan adanya kekuarangan dari teori Freud, Anna yang merupakan putri kandung Sigmund Freud dibantu oleh Robert W. White dan Heinz Hartmann kemudian berusaha melengkapinya, lahirlah psikologi ego. Psikologi Ego bukanlah konsep yang radikal, tetapi konsep yang mengisi bagian-bagian yang terlewat dari elaborasi Freud.

Teori ego kontemporer lahir dari anggapan bahwa manusia tidak hanya berjuang untuk memuaskan insting tetapi juga memberi makna pada pengalamannya. Kepuasan bukan hanya dari berkurangnya tegangan, tetapi juga dari perasaan aktif menguasai hambatan kehidupan (Alwisol, 2009).

 

B.   Lahirnya Teori

Anna Freud (1895-1982) adalah seorang psikolog dari aliran psikoanalisis, yang juga merupakan putri dari Sigmund Freud. Anna Freud terkenal karena bukunya yang berjudul Ego and Defense Mechanism. Di dalam buku tersebut, Anna secara khusus membicarakan mekanisme pertahanan diri yang dilakukan oleh remaja.

Perbedaan antara Anna dengan psikolog psikoanalisis lain seperti Jung dan Adler adalah Anna lebih tertarik dengan dinamika kejiwaan ketimbang struktur kejiwaan, khususnya dinamika yang bertumpu pada ego.Bagi Anna, ego adalah dasar dari segala pengamatan seorang psikolog.Di dalam ego, psikolog dapat mengamati cara kerja id, super ego, dan alam bawah sadar secara umum.Dengan difokuskannya penelitian pada ego, dimulailah suatu gerakan di dalam Mazhab Psikoanalisis yang disebut psikologi ego.

Anna Freud tetap setia pada ide-ide dasar yang dikembangkan ayahnya. Dia mengambil minat lebih dalam dinamika jiwa daripada struktur jiwa dan terutama terpesona dalam ego. Dia menyatakan bahwa ego merupakan tempat pengamatan dari mana karya id dan superego dan alam bawah sadar. Demikian juga, ia membuat kontribusi dalam memahami bagaimana fungsi ego mencegah ide-ide yang menyakitkan. Buku yang Anna tulis menjadi sebuah gerakan psikologi ego. Kontribusi Freud  dalam hal ini sangat penting sebagai landasan sehingga memungkinkan untuk diterapkan pada isu-isu sosial dan pembangunan serta psikopatologi (Boercee, 1998).

Pada tahun 1947, ia mendirikan Program Terapi Anak Hampstead dengan klinik anak-anak. Anna langsung berhadapan dengan pasien anak-anak dalam menjalankan praktik psikoanalisis, yang diaplikasikan pada anak-anak berkebutuhan khusus. Anna lebih memfokuskan ego dengan memberikan penekanan pengaruh lingkungan sosial, ia juga mempertahankan hubungan ego dengan id dan superego (Friedman, 2006).

Anna Freud menggerakkan pemikiran psikoanalisis menjauh dari determinisme; artinya, walaupun ia tidak pernah melupakan pentingnya dorongan id atau paksaan superego, ia memberikan ego sejumlah fungsi yang independen dan proaktif, yang nantinya dijabarkan oleh ahli teori lain (A. Freud, 1942).

 

BAB II

PEMBAHASAN

 Seperti yang sudah diketahui, bahwa unsur kepribadian menurut Sigmund Freud yang merupakah tokoh aliran psikoanalisa klasik adalah Das Es (The Id) yaitu aspek biologis, Das Ich (The Ego) yaitu aspek Psychologis dan Das Ueber Ich (The Superego) yaitu aspek sosiologis (Malik, 2011).

Namun Anna Freud mengadakan perubahan dalam usahanya melakukan psikoanalisis kepada anak. Secara bertahap ia mengubah teori ego, dari ego sebagai joki yang tak berdaya dan id sebagai kudanya sebagaimana dikemukakan oleh freud, menjadi joki intelektual yang mampu memilik jalan terbaik untuk dilewati.

Teori Psikoterapi anak yang menggunakan terapi gabungan antara kekaguman dan kepercayaan mengesampingkan teknik psikoanalisis seperti asosiasi bebas, interpretasi mimpi dan analisis transferensi yang tidak dapat dikenakan begitu saja kepada anak-anak. Anna belajar menjadi analis dengan persiapan yang panjang dan dirancang untuk membuahkan kepercayaan kepada anak-anak. Dengan menggabungkan kekaguman dan kepercayaan, anak dapat menerima analis  sebagai teman melawan serangan dunia luar yang tidak terfahami.

Sebagai analis anak, ia memfokuskan diri bukan pada simptom neurotik yang tampak, tetapi lebih kepada tujuan agar berfungsi sehat pada masa yang akan datang. Gangguan perkembangan, ancaman kematangan berkelanjutan baik aspek fisik maupun psikis harus lebih banyak diperhatikan. Bahkan jika gejala tersebut muncul pada tingkah laku anak, indikator patologi yang serius itu mempunyai dinamika dan makna yang jelas berbeda dengan gejala yang sama pada orang dewasa.

Anna Freud mengembangkan sistem diagnosis yang mementingkan pembentukan kepribadian dalam tahap-tahap perkembangannya dan ancaman-ancaman serius terhadap penyelesaian perkembangan kepribadian, serta memperkecil peluang hal-hal yang menganggu integritas anak. Dampaknya Anna keluar dari konsep klasik neurosis dan salah satu perang yang tidak disadari antara id, ego dan supergeo mengakibatkan anak mengalami gangguan yang berkenaan dengan kerentanan alami dalam usaha mengembangkan diri.

Tidak seperti orang dewasa, anak lebih tergantung dan lebih mudah dipengaruhi oleh realitas eksternal saat itu. Psikoanalis anak harus siap menerima proposisi bahwa ketergantungan kliennya kepada orang tuanya, konflik klien dengan saudara-saudaranya, hubungan dengan guru dan otoritas lain yang terjadi tercermin dalam gangguan yang mereka alami. Gangguan neurotik pada orang dewasa, lebih bersifat internal dan sumbernya ada pada masa lalu atau konflik yang belum terselesaikan, namun pada anak, suatu simptom bisa disebabkan oleh peristiwa yang baru saja terjadi.

Oleh karena teori Anna lebih mengutamakan psikodinamika yang terjadi pada anak-anak seperti yang dijelaskan di atas, terdapat garis besar dari profil anak-anak yang digunakan pada psikoterapi anak yang meliputi:       (1) alasan referal; (2) gambaran diri anak; (3) latar belakang keluarga;     (4) kemungkinan pengaruh lingkungan yang penting; (5) pengukuran perkembangan dari aspek libido dan agresivitas, perkembangan ego dan superego, tingkah laku, emosi, keseimbangan pertahanan; (6) pengukuran genetik (regeresi dan fiksasi) yang mendorong pekrembangan psikoseksual; (7) asesmen dinamik dan struktural (klasifikasi konflik internal dan eksternal berdasarkan konflik ego-id-superego atau ego-lingkungan); (8) assesmen ciri umum (tolerasi frustasi, kecemasan, kekuatan progresif vs regresif);         (9) diagnosis (mengintegrasikan semua temuan kedalam tingkat kesehatan ego, konflik, frustasi, tingkat perkembangan, kekuatan superego, gangguan organik, dan peran lingkungan).

Selain teori gabungan antara kekaguman dan kepercayaan, Anna menjelaskan adanya garis perkembangan (developmental lines). Garis perkembangan tersebut menjelaskan interaksi antara id dengan ego, dimulai dari dominasi id untuk memperoleh kepuasan, secara bertahap akan bergeser ke ego, untuk pada akhirnya ego dapat menguasai realitas internal maupun eksternal. Interaksi itu oleh Anna disebut garis perkembangan, suatu urutan tahap-tahap kematangan anak dari ketergantungan menjadi mandiri dan aktif. Garis-garis perkembangan menunjukkan usaha ego untuk mampu menghadapi situasi hidup, tanpa harus menarik diri dan tanpa memakai mekanisme pertahanan secara berlebihan. Anna mengemukakan enam garis perkembangan, masing-masing bergerak dari dominasi id menuju realis ego :

1.    Dari ketergantungan menjadi percaya diri

2.    Dari mengisap menjadi makan makanan keras

3.    Dari mengompol dan membuang kotoran sembarangan menjadi dapat mengontrol urinasi/defakasi

4.    Dari tidak bertanggungjawab menjadi bertanggung jawab mengatur tubuh

5.    Dari egosentrik menjadi kerjasama

6.    Dari bermain anggota tubuh sendiri menjadi bekerja

 

Anna Freud yakin bahwa perkembangan anak akan menjadi bahan pertimbangan dalam konteks yang lebih luas dan bahwa penyelidikannya tidak terbatas pada gejala sebagaimana aspek seksual dan perilaku agresif. Anna Freud telah memberikan kontribusi pada deskripsi mekanisme pertahanan diri yang dikembangkan Sigmund Freud sebagai konseptor aslinya. Berbeda dengan Sigmund Freud, Anna Freud (1946) menyusun 10 mekanisme pertahanan diri: regresi, represi, formasi reaksi, isolasi, undoing/ kehancuran, proyeksi, introyeksi, turning against the self (melawan diri sendiri), reversal (pemutarbalikan fakta), dan sublimasi atau pengalihan (displacement). Anna Freud juga telah memberikan kontribusi yang signifikan pada teori tentang bagaimana perkembangan pertahanan diri. Anna juga meneliti hubungan antara tingkat perkembangan dengan pilihan defense, dan dialah pakar pertama yang memandang berbagai defense sebagai fungsi penyesuaian diri yang normal, dipakai anak untuk menyesuaikan diri dengan dunia luar.

Ego relatif independen dari id, sejak awal dan perkembangannya beroperasi untuk membantu diri bertahan, bahkan ketika hal itu menyakitkan dan menunda kepuasan. Ego memakai prinsip realita dalam arti luas, yakni; kemampuan untuk mengantisipasi kebutuhan aksi pada masa yang akan datang, yang tujuan utamanya terus menerus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang diharapkan, di samping mungkin memberi kepuasan id. Untuk mencapai tuguan itu, ada empat harmoni di dalam dan di luar diri yang harus dipertahanankan ego, yakni;

1.    Mempertahankan keseimbangan yang indah antara keseluruhan individu dengan realitas eksternal sosial dan fisik

2.    Karena id mempunyai beberapa drive instingtif yang semuanya menuntut kepuasan, ego harus memantapkan harmoni keseimbangan di dalam ranah id

3.    Ego harus menyeimbangkan tiga unsur mental yang saling bersaing, id dan superego

4.    Ego menjaga harmoni di antara berbagai tujuannya sendiri yang saling berbeda yakni; keseimbangan antara peran membantu id dengan peran sebagai ego independen yang tujuannya tidak untuk memuaskan drive id.

 

Selain itu, salah satu kemampuan yang dikembangkan ego sejak awal perkembangan adalah memisahkan mana bagian dari diri dan mana yang bukan bagian dari diri. Pada mulanya, puting susu dan puting botol sebagai sumber kepuasan difahami sebagai bagian dari diri bayi, sama halnya dengan jempolnya sendiri yang memberi kepuasan ketika diisap seperti mengisap puting. Secara bertahap, dari pengalaman tingkahlakunya sendiri dan tampak dari tingkah laku itu, bayi belajar untuk membedakan mana yang bagian dari self dan mana yang bukan self.

Menurut White yang juga merupakan tokoh psikologi ego, hubungan bayi dengan realita tidak pasif timbul sebagai akibat adanya dorongan yang harus dipuaskan dengan realita. Gambaran tentang realita itu dibangun oleh bayi itu sendiri, melalui belajar bertahap apa yang mungkin mereka kerjakan dan yang tidak mungkin dipenuhi. Bayi belajar memahami dunia luar, yang ternyata tidak sesuai dengan kemauannya. Begitupun ketika perkembangan ego berubah menjadi patologi ego yang dapat disebabkan karena gagal menangani energi id.

Pandangan baru mengenai ego membuka paradigma baru tentang ego yang independen. Pada akhirnya, optimisme muncul dan mendobrak padangan psikoanalisis klasik yang dianggap masih kurang dan perlu dilengkapi. Ketidakpuasan terhadap asumsi sebelumnya, menyumbangkan kontribusi penting akan adanya psikologi ego yang melengkapi asumsi-asumsi Sigmund Freud, kemudian Anna Freud dan tokoh psikologi ego lain menjembatani pandangan psikoanalisis klasik dengan psikoanalisik kontemporer yang nantinya akan dilalui oleh tokoh-tokoh penting lainnya.


 

BAB III

PENUTUP

 

Kesimpulan

Pengikut-pengikut Freud ketika mengaplikasikkan psikoanalisis merasakan ada yang kurang dari teori Freud, dan mereka kemudian berusaha melengkapinya; lahirlah Psikologi Ego. Psikologi ego bukan konsep yang radikal, tetapi konsep yang mengisi bagian-bagian yang terlewat dari elaborasi Freud.

Anna Freud menjadi pelopor psikoanalisis kepada anak-anak, yang dengan  cermat menyiapkan metodologi dan sistematik dari psikoanalisis anak. Sistem itu tampaknya juga dipakai pada psikoanalis orang dewasa, karena lebih menjamin pemahaman yang  komprehensif. Anna Freud juga memberi peringatan kemungkinan analisis terhadap anak yang keterlaluan justru membahayakan perkembangan anak. Banyak gangguan kejiwaan yang dapat diatas dengan memperkuat ego, dan konsep psikologi ego sangat membantu usaha mengembangkan kompetensi ego menguasai intersistem dan intrasistemnya.

Anna Freud mencoba memberikan pandangan baru tentang aliran psikoanalisis kontemporer melalui psikologi ego. Ia menjelaskan bahwa ego bukan joki yang tak berdaya yang tidak bisa  mengendalikan kudanya, melainkan joki yang bisa berkembang dan mampu memilih jalan terbaik untuk dilewati. Psikologi Ego menjadi wacana menarik dalam kaitannya dengan psikoanalisis. Psikologi ego mengambil posisi memperbaiki, melengkapi dan menyempurnakan apa yang menjadi kelemahan asumsi Freud. Karena ego bukan hanya didorong oleh insting seks dan agresi, tetapi juga ditentukan oleh faktor luar. Ego bersifat otonom dan aktif mencari penyesuaian dengan dunia luar. Akhirnya, Anna Freud membangun  jembatan rekonsiliasi antara paradigma psikoanalisis dengan paradigma kognitif yang lebih optimistis yang dilalui oleh ahli-ahli Neo-Freudianisme.

DAFTAR PUSTAKA


Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press

Friedman, Howard. S & Schustack, Miriam W. 2006. Kepribadian : Teori Klasik dan Riset Modern. Jakarta : Erlangga

Malik, Imam. 2011. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Teras

 

 

 

 

Unknown

About Unknown

Author Description here.. Nulla sagittis convallis. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.

Subscribe to this Blog via Email :