A.
Latar Belakang
Teori
Anna Freud yang termasuk dalam aliran Psikoanalisis Kontemporer atau Neo-Freudianisme
melengkapi ketidakpuasan atas teori Psikoanalisis Klasik Sigmund Freud
(Freudianisme). Ketika Freud meninggal, psikoanalisis mulai memusatkan diri
pada sifat kekuatan ego dalam membimbing kemampuan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dan bukan sekadar bereaksi bila ada kebutuhan hidup muncul
(Alwisol, 2009).
Dari
ketidakpuasan dan merasakan adanya kekuarangan dari teori Freud, Anna yang
merupakan putri kandung Sigmund Freud dibantu oleh Robert W. White dan Heinz
Hartmann kemudian berusaha melengkapinya, lahirlah psikologi ego. Psikologi Ego
bukanlah konsep yang radikal, tetapi konsep yang mengisi bagian-bagian yang
terlewat dari elaborasi Freud.
Teori
ego kontemporer lahir dari anggapan bahwa manusia tidak hanya berjuang untuk
memuaskan insting tetapi juga memberi makna pada pengalamannya. Kepuasan bukan
hanya dari berkurangnya tegangan, tetapi juga dari perasaan aktif menguasai
hambatan kehidupan (Alwisol, 2009).
B. Lahirnya Teori
Anna Freud (1895-1982) adalah seorang
psikolog
dari aliran psikoanalisis,
yang juga merupakan putri dari Sigmund Freud.
Anna Freud terkenal karena bukunya yang berjudul “Ego and Defense Mechanism”.
Di dalam buku tersebut, Anna secara khusus membicarakan mekanisme pertahanan diri
yang dilakukan oleh remaja.
Perbedaan antara Anna dengan psikolog
psikoanalisis lain seperti Jung
dan Adler
adalah Anna lebih tertarik dengan dinamika kejiwaan ketimbang struktur
kejiwaan, khususnya dinamika yang bertumpu pada ego.Bagi Anna, ego adalah
dasar dari segala pengamatan seorang psikolog.Di dalam ego, psikolog dapat
mengamati cara kerja id, super ego, dan alam bawah sadar
secara umum.Dengan difokuskannya penelitian pada ego, dimulailah suatu gerakan
di dalam Mazhab Psikoanalisis yang disebut psikologi ego.
Anna
Freud tetap setia pada ide-ide dasar yang dikembangkan ayahnya. Dia mengambil
minat lebih dalam dinamika jiwa daripada struktur jiwa dan terutama terpesona
dalam ego. Dia menyatakan bahwa ego merupakan tempat pengamatan dari mana karya
id dan superego dan alam bawah sadar. Demikian juga, ia membuat kontribusi
dalam memahami bagaimana fungsi ego mencegah ide-ide yang menyakitkan. Buku
yang Anna tulis menjadi sebuah gerakan psikologi ego. Kontribusi Freud dalam hal ini sangat penting sebagai landasan sehingga
memungkinkan untuk diterapkan pada isu-isu sosial dan pembangunan serta
psikopatologi (Boercee, 1998).
Pada
tahun 1947, ia mendirikan Program Terapi Anak Hampstead dengan klinik
anak-anak. Anna langsung berhadapan dengan pasien anak-anak dalam menjalankan
praktik psikoanalisis, yang diaplikasikan pada anak-anak berkebutuhan khusus.
Anna lebih
memfokuskan ego dengan memberikan penekanan pengaruh lingkungan sosial, ia juga
mempertahankan hubungan ego dengan id dan superego (Friedman, 2006).
Anna
Freud menggerakkan pemikiran psikoanalisis menjauh dari determinisme; artinya,
walaupun ia tidak pernah melupakan pentingnya dorongan id atau paksaan
superego, ia memberikan ego sejumlah fungsi yang independen dan proaktif, yang
nantinya dijabarkan oleh ahli teori lain (A. Freud, 1942).
BAB II
PEMBAHASAN
Namun
Anna Freud mengadakan perubahan dalam usahanya melakukan psikoanalisis kepada
anak. Secara bertahap ia mengubah teori ego, dari ego sebagai joki yang tak
berdaya dan id sebagai kudanya sebagaimana dikemukakan oleh freud, menjadi joki
intelektual yang mampu memilik jalan terbaik untuk dilewati.
Teori
Psikoterapi anak yang menggunakan terapi gabungan antara kekaguman dan
kepercayaan mengesampingkan teknik psikoanalisis seperti asosiasi bebas,
interpretasi mimpi dan analisis transferensi yang tidak dapat dikenakan begitu
saja kepada anak-anak. Anna belajar menjadi analis dengan persiapan yang
panjang dan dirancang untuk membuahkan kepercayaan kepada anak-anak. Dengan
menggabungkan kekaguman dan kepercayaan, anak dapat menerima analis sebagai teman melawan serangan dunia luar
yang tidak terfahami.
Sebagai
analis anak, ia memfokuskan diri bukan pada simptom neurotik yang tampak,
tetapi lebih kepada tujuan agar berfungsi sehat pada masa yang akan datang. Gangguan
perkembangan, ancaman kematangan berkelanjutan baik aspek fisik maupun psikis
harus lebih banyak diperhatikan. Bahkan jika gejala tersebut muncul pada
tingkah laku anak, indikator patologi yang serius itu mempunyai dinamika dan
makna yang jelas berbeda dengan gejala yang sama pada orang dewasa.
Anna
Freud mengembangkan sistem diagnosis yang mementingkan pembentukan kepribadian
dalam tahap-tahap perkembangannya dan ancaman-ancaman serius terhadap
penyelesaian perkembangan kepribadian, serta memperkecil peluang hal-hal yang
menganggu integritas anak. Dampaknya Anna keluar dari konsep klasik neurosis
dan salah satu perang yang tidak disadari antara id, ego dan supergeo
mengakibatkan anak mengalami gangguan yang berkenaan dengan kerentanan alami
dalam usaha mengembangkan diri.
Tidak
seperti orang dewasa, anak lebih tergantung dan lebih mudah dipengaruhi oleh
realitas eksternal saat itu. Psikoanalis anak harus siap menerima proposisi
bahwa ketergantungan kliennya kepada orang tuanya, konflik klien dengan saudara-saudaranya,
hubungan dengan guru dan otoritas lain yang terjadi tercermin dalam gangguan
yang mereka alami. Gangguan neurotik pada orang dewasa, lebih bersifat internal
dan sumbernya ada pada masa lalu atau konflik yang belum terselesaikan, namun
pada anak, suatu simptom bisa disebabkan oleh peristiwa yang baru saja terjadi.
Oleh
karena teori Anna lebih mengutamakan psikodinamika yang terjadi pada anak-anak
seperti yang dijelaskan di atas, terdapat garis besar dari profil anak-anak
yang digunakan pada psikoterapi anak yang meliputi: (1) alasan referal; (2) gambaran diri
anak; (3) latar belakang keluarga; (4) kemungkinan pengaruh lingkungan yang
penting; (5) pengukuran perkembangan dari aspek libido dan agresivitas,
perkembangan ego dan superego, tingkah laku, emosi, keseimbangan pertahanan; (6)
pengukuran genetik (regeresi dan fiksasi) yang mendorong pekrembangan
psikoseksual; (7) asesmen dinamik dan struktural (klasifikasi konflik internal
dan eksternal berdasarkan konflik ego-id-superego atau ego-lingkungan); (8) assesmen
ciri umum (tolerasi frustasi, kecemasan, kekuatan progresif vs regresif); (9) diagnosis (mengintegrasikan semua
temuan kedalam tingkat kesehatan ego, konflik, frustasi, tingkat perkembangan,
kekuatan superego, gangguan organik, dan peran lingkungan).
Selain teori gabungan antara kekaguman
dan kepercayaan, Anna menjelaskan adanya garis perkembangan (developmental lines). Garis
perkembangan tersebut menjelaskan interaksi antara id dengan ego, dimulai dari
dominasi id untuk memperoleh kepuasan, secara bertahap akan bergeser ke ego,
untuk pada akhirnya ego dapat menguasai realitas internal maupun eksternal.
Interaksi itu oleh Anna disebut garis perkembangan, suatu urutan tahap-tahap
kematangan anak dari ketergantungan menjadi mandiri dan aktif. Garis-garis
perkembangan menunjukkan usaha ego untuk mampu menghadapi situasi hidup, tanpa
harus menarik diri dan tanpa memakai mekanisme pertahanan secara berlebihan.
Anna mengemukakan enam garis perkembangan, masing-masing bergerak dari dominasi
id menuju realis ego :
1. Dari ketergantungan menjadi percaya diri
2. Dari mengisap menjadi makan makanan keras
3. Dari mengompol dan membuang kotoran
sembarangan menjadi dapat mengontrol urinasi/defakasi
4. Dari tidak bertanggungjawab menjadi bertanggung
jawab mengatur tubuh
5. Dari egosentrik menjadi kerjasama
6. Dari bermain anggota tubuh sendiri menjadi
bekerja
Anna Freud yakin bahwa perkembangan anak
akan menjadi bahan pertimbangan dalam konteks yang lebih luas dan bahwa
penyelidikannya tidak terbatas pada gejala sebagaimana aspek seksual dan
perilaku agresif. Anna Freud telah memberikan kontribusi pada deskripsi
mekanisme pertahanan diri yang dikembangkan Sigmund Freud sebagai konseptor
aslinya. Berbeda dengan Sigmund Freud, Anna Freud (1946) menyusun 10 mekanisme
pertahanan diri: regresi, represi, formasi reaksi, isolasi, undoing/
kehancuran, proyeksi, introyeksi, turning against the self (melawan diri
sendiri), reversal (pemutarbalikan fakta), dan sublimasi atau pengalihan (displacement). Anna Freud juga telah
memberikan kontribusi yang signifikan pada teori tentang bagaimana perkembangan
pertahanan diri. Anna juga meneliti hubungan antara tingkat perkembangan dengan
pilihan defense, dan dialah pakar
pertama yang memandang berbagai defense
sebagai fungsi penyesuaian diri yang normal, dipakai anak untuk menyesuaikan
diri dengan dunia luar.
Ego relatif independen dari id, sejak
awal dan perkembangannya beroperasi untuk membantu diri bertahan, bahkan ketika
hal itu menyakitkan dan menunda kepuasan. Ego memakai prinsip realita dalam
arti luas, yakni; kemampuan untuk mengantisipasi kebutuhan aksi pada masa yang
akan datang, yang tujuan utamanya terus menerus menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang diharapkan, di samping mungkin memberi kepuasan id. Untuk
mencapai tuguan itu, ada empat harmoni di dalam dan di luar diri yang harus
dipertahanankan ego, yakni;
1. Mempertahankan keseimbangan yang indah antara
keseluruhan individu dengan realitas eksternal sosial dan fisik
2. Karena id mempunyai beberapa drive instingtif
yang semuanya menuntut kepuasan, ego harus memantapkan harmoni keseimbangan di
dalam ranah id
3. Ego harus menyeimbangkan tiga unsur mental
yang saling bersaing, id dan superego
4. Ego menjaga harmoni di antara berbagai
tujuannya sendiri yang saling berbeda yakni; keseimbangan antara peran membantu
id dengan peran sebagai ego independen yang tujuannya tidak untuk memuaskan
drive id.
Selain itu, salah satu kemampuan yang
dikembangkan ego sejak awal perkembangan adalah memisahkan mana bagian dari
diri dan mana yang bukan bagian dari diri. Pada mulanya, puting susu dan puting
botol sebagai sumber kepuasan difahami sebagai bagian dari diri bayi, sama halnya
dengan jempolnya sendiri yang memberi kepuasan ketika diisap seperti mengisap
puting. Secara bertahap, dari pengalaman tingkahlakunya sendiri dan tampak dari
tingkah laku itu, bayi belajar untuk membedakan mana yang bagian dari self dan
mana yang bukan self.
Menurut White yang juga merupakan tokoh
psikologi ego, hubungan bayi dengan realita tidak pasif timbul sebagai akibat
adanya dorongan yang harus dipuaskan dengan realita. Gambaran tentang realita
itu dibangun oleh bayi itu sendiri, melalui belajar bertahap apa yang mungkin
mereka kerjakan dan yang tidak mungkin dipenuhi. Bayi belajar memahami dunia
luar, yang ternyata tidak sesuai dengan kemauannya. Begitupun ketika
perkembangan ego berubah menjadi patologi ego yang dapat disebabkan karena
gagal menangani energi id.
Pandangan baru mengenai ego membuka
paradigma baru tentang ego yang independen. Pada akhirnya, optimisme muncul dan
mendobrak padangan psikoanalisis klasik yang dianggap masih kurang dan perlu
dilengkapi. Ketidakpuasan terhadap asumsi sebelumnya, menyumbangkan kontribusi
penting akan adanya psikologi ego yang melengkapi asumsi-asumsi Sigmund Freud,
kemudian Anna Freud dan tokoh psikologi ego lain menjembatani pandangan
psikoanalisis klasik dengan psikoanalisik kontemporer yang nantinya akan
dilalui oleh tokoh-tokoh penting lainnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengikut-pengikut Freud ketika
mengaplikasikkan psikoanalisis merasakan ada yang kurang dari teori Freud, dan
mereka kemudian berusaha melengkapinya; lahirlah Psikologi Ego. Psikologi ego
bukan konsep yang radikal, tetapi konsep yang mengisi bagian-bagian yang
terlewat dari elaborasi Freud.
Anna Freud menjadi pelopor psikoanalisis
kepada anak-anak, yang dengan cermat
menyiapkan metodologi dan sistematik dari psikoanalisis anak. Sistem itu
tampaknya juga dipakai pada psikoanalis orang dewasa, karena lebih menjamin
pemahaman yang komprehensif. Anna Freud
juga memberi peringatan kemungkinan analisis terhadap anak yang keterlaluan
justru membahayakan perkembangan anak. Banyak gangguan kejiwaan yang dapat
diatas dengan memperkuat ego, dan konsep psikologi ego sangat membantu usaha
mengembangkan kompetensi ego menguasai intersistem dan intrasistemnya.
Anna Freud mencoba memberikan pandangan
baru tentang aliran psikoanalisis kontemporer melalui psikologi ego. Ia
menjelaskan bahwa ego bukan joki yang tak berdaya yang tidak bisa mengendalikan kudanya, melainkan joki yang
bisa berkembang dan mampu memilih jalan terbaik untuk dilewati. Psikologi Ego
menjadi wacana menarik dalam kaitannya dengan psikoanalisis. Psikologi ego
mengambil posisi memperbaiki, melengkapi dan menyempurnakan apa yang menjadi
kelemahan asumsi Freud. Karena ego bukan hanya didorong oleh insting seks dan
agresi, tetapi juga ditentukan oleh faktor luar. Ego bersifat otonom dan aktif
mencari penyesuaian dengan dunia luar. Akhirnya, Anna Freud membangun jembatan rekonsiliasi antara paradigma
psikoanalisis dengan paradigma kognitif yang lebih optimistis yang dilalui oleh
ahli-ahli Neo-Freudianisme.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press
Friedman, Howard. S & Schustack, Miriam W.
2006. Kepribadian : Teori Klasik dan
Riset Modern. Jakarta : Erlangga
Malik, Imam. 2011. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Teras