ANALISIS KESEHATAN MENTAL
HASIL WAWANKCARA
DAN OBSERVASI DENGAN SUB
BAB I
IDENTITAS SUBYEK
Nama : Suminah
Usia : 80 tahun
Pekerjaan : Pedagang telur pindang dan telur ayam kampung
Di
Jl. MT Haryono, -
Agama : Islam
Alamat : -
BAB II
PERMASALAHAN
Berdasarkan hasil wawancara
dan observasi yang dilakukan pada tanggal 28 Juni 2013, di Jl. MT. Haryono
Purwokerto, subyek pada kasus ini memiliki permasalahan ekonomi sehingga,
sampai pada usia lanjut subyek harus memenuhi kebutuhan hidupnya.
Suminah (80) memiliki 5
(lima) orang anak yang 4 (empat) diantaranya merantau di luar Pulau Jawa. Dia
mengakui bahwa anaknya memiliki pekerjaan yang tidak tetap. Sehingga, dapat
dikatakan bahwa penghasilannya pun tidak tentu. Walaupun ia mengakui bahwa ia
mendapat kiriman dari anaknya, namun ia tidak bergantung pada penghasilan
anaknya yang juga digunakan untuk mencukupi kehidupan mereka sendiri.
Berdagang telur pindang dan
telur ayam kampung sudah Ibu Suminah tekuni sejak ia masih muda. Sehingga
pekerjaan semacam ini sudah tidak menjadi beban. Penghasilan yang didapat dari
keuntungannya berdagang sekitar 200.000/bulan. Kemudian ia gunakan untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya. Termasuk transportasi dengan becak untuk
berangkat dan pulang dari tempat dagangnya di kawasan Jl. MT. Haryono,
-
Saat ini, ia tinggal bersama
anak pertamanya yang kadang membantunya bekerja. Dua dari ke-empat anaknya yang
merantau berhasil menempuh pendidikan sampai pada Diploma III. Hal itu
merupakan jerih payah Suminah yang terus berusaha mencukupi kebutuhan baik
kebutuhan fisiologis, intelektual ddan berusaha mencukupi kebutuhan lain. Walaupun
sampai saat ini mereka masih bekerja sebagai pekerja kontrak.
Keinginan untuk terus
berdagang muncul karena ia terbiasa mandiri dan berdagang sudah menjadi
aktivitas sehari-hari. “Daripada sehat dan tidak melakukan apapun, mba! Lebih baik ya begini karena sudah dari muda saya dagang” katanya.
Walaupun kadang tidak laku,
nenek yang mengaku memiliki 8 (delapan) cucu ini tidak mengeluh. “Yang namanya
dagang, kalau tidak untung ya tidak dapat apa-apa”.
Kemudian, pada akhir dialog,
saya menyimpulkan bahwa permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh Ibu Suminah
karena anak-anaknya tidak memiliki pekerjaan tidak tetap/kontrak dan ia yang kini berusia lanjut tidak membuatnya
berpikir negatif dan tergantung pada penghasilan anaknya.
Ibu Suminah berusaha untuk
mandiri dan mencukupinya selagi mampu. “Alhamdulillah
saya masih sehat. Jadi ada sangu buat
cucu!” katanya, membuat saya menyimpulkan hal demikian.
BAB III
PEMBAHASAN
Hasil wawancara dan observasi
menunjukkan masalah yang dihadapi Ibu Suminah (80) adalah kesulitan ekonomi.
Artinya, walaupun anak-anaknya memiliki penghasilan, ia harus tetap mandiri
untuk mencukupi kebutuhannya sendiri dengan uang ± Rp 200.000/bulan karena jika
ia tergantung pada anaknya ia hanya akan menunggu dan menghabiskan waktu dengan
tidak melakukan apapun.
Di usia yang sudah lanjut, ia
mencoba tetap berpikir positif tentang dirinya, mandiri dan memaknai
kehidupannya. Berdagang baginya sudah menjadi hal yang biasa, apapun hasilnya,
untung atau tidak mendapatkan apapun.
Teori yang digunakan untuk
menganalisis kesehatan mental yang sesuai adalah teori humanistik perspektif
Carl Rogers, mewakili karakter Ibu Suminah; mandiri, realistis, menjalani hidup
dengan pengalaman pahit atau menyenangkan dan tetap percaya bahwa ia mampu
melakukan sesuatu yang berarti pada usia yang semakin senja.
Karakter tersebut agaknya
sesuai dengan pandangan Carl Rogers (1959) yang mengidentifikasi lima ciri
manusia yang telah mengembangkan fungsinya dengan sempurna (fully functioning person).
Pertama, adalah terbuka
terhadap pengalaman. Artinya, dia bisa menerima dan menjalani hidup dengan
segala sesuatu yang dialaminya, baik pengalaman baik atau buruk sekalipun. Ini
sangat erat kaitannya dengan ciri yang kedua yaitu cara hidup yang menghargai
keberadaan dirinya di dunia (exitensial
lliving). Atinya, ia ditakdirkan untuk mampu hidup dan sepenuhnya
menghargai masa kini, tidak menengok ke belakang atau memandang masa depan
terlalu jauh. Ciri ketiga adalah percaya pada diri sendiri. Ia masih memiliki
keyakinan positif untuk melakukan hal-hal yang mengembangkan dirinya, bersifat
mandiri dalam menentukan keputusan-keputusannya. Ciri keempat adalah kebebasan
mencari pengalaman (experiental freedom) artinya bahwa ia bebas dari pengaruh
masa lalu. Terakhir, Rogers mengidentifikasi manusia yang telah mengembangkan
fungsinya dengan sempurna sebagai orang yang memiliki kreativitas, yaitu
kemapuan untuk menyesuaikan dri dengan perubahan dan mencari
pegalaman-pengalaman baru.[1]
Seseorang memiliki mental
yang sehat apabila antara struktur diri (self) kongruen dengan pengalamannya.
Artinya, seseorang mampu menerima dirinya dan pengalamannya berjalan selaras.
Realita yang dihadapi oleh Ibu Suminah mampu membuatnya tetap mandiri, walaupun
di usia yang lanjut ia merasa bahagia dengan apa yang ia lakukan dan masih
ingin bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya.
Selain itu, pandangan humanistik Rogers menerangkan bahwa organisme mempunyai
satu motif dasar yaitu mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan
diri.[2]
Dan Ibu Suminah masih mencoba menjadi berarti, mempertahankan apa yang ia rasa
pantas lakukan dan tetap mengembangkan diri tanpa menganggap dirinya tidak bisa
melakukan apa-apa dan tergantung pada anaknya.
Penghargaan positif tanpa
syarat (unconditional positive regard)
yang ia berikan kepada anaknya dengan cara tidak mengharapkan apapun dan
bekerja sendiri mencerminkan ia juga mendapatkan hal yang sama selama hidupnya.
Karena adanya penghargaan positif tak bersyarat yang ia terima dari orang lain,
ia mampu memberikan penghargaan yang sama terutama bagi anak-anaknya.
Perspektif Humanistik
menjelaskan bahwa pribadi yang berfungsi sepenuhnya dalah peribadi yang
mengalami penghargaan positif tanpa syarat dan mampu memberikannya juga kepada
orang lain.
KESIMPULAN
Pandangan Humanistik Carl Rogers
menjadi perspektif kesehatan mental yang mencerminkan karakter subyek, yakni
Ibu Suminah yang berusia 80 (delapan puluh tahun) tetapi masih mampu bahagia,
dengan berpikir positif dengan apa yang dia lakukan, bersifat mandiri dengan
berdagang untuk mencari penghasilan sendiri.
Teori Humanistik tersebut
menjelaskan banyak sekali hal yang berkaitan dengan kesehatan mental. Yakni,
bagaimana individu mampu disebut sebagai pribadi yang berfungsi penuh saat ia
bersifat realistis, memiliki eksistensi dan terus melakukan hal yang bermanfaat
untuk menghargai keberadaannya di dunia. Ia tidak menengok kebelakang dengan
“menagih” kembali apa yang sudah diberikan kepada anaknya, namun ia berusaha
mencukupi apa yang menjadi kebutuhannya dengan usahanya sendiri. Ibu Suminah
masih memiliki kepercayaan diri untuk terus berusaha berdagang, menjual
dagangan yang dijajakan dari pagi pukul 07.00 WIB s.d 15.00 WIB sendiri,
merupakan keputusan yang tepat baginya. Ia berusaha lepas dari bayangan masa
lalu dan bahagia dengan keadaanya sekarang. Dan ia menerima
pengalaman-pengalaman baru di masa tuanya dengan memiliki beberapa pelanggan
yang setia membeli dagangannya.
Orang yang sehat mental bukan
orang yang sempurna, tetapi adalah orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya,
menunjukkan eksistensinya dan menghadapi realita dengan pikiran positif, terus
optimis dan merasa bahagia dengan apa yang ia miliki tanpa melihat masa lalu.
Dan menurut padangan humanistik, adalah manusia dewasa atau manusia yang telah
mengembangkan fungsinya dengan sempurna (fully-functioning
person).
LAMPIRAN
1. HASIL WAWANCARA DENGAN SUBYEK
2. DOKUMENTASI WAWANCARA DENGAN
SUBYEK
DOKUMENTASI
WAWANCARA DENGAN SUBYEK
|
|